Menurut Dr. Pudji Rahardjo SpPD KGH, penyakit hipertensi tak mengenal usia. Namun semakin bertambah usia, persentase penyakit hipertensi cenderung mengalami peningkatan. Bila seseorang tekanan darah sistolik dan diastoliknya lebih di atas batas normal yaitu 140/80 mmHg, sudah terkena hipertensi. Meski tekanan darah seseorang masih dibawah definisi normal tersebut tidak secara otomatis terbebas dari kemungkinan terkena hipertensi. Tetapi dianggap berpotensi terkena hipertensi jika ditemukan beberapa faktor risiko mengalami kegemukan atau karena kolesterol.

Pada kelompok ini tetap perlu diberikan pengobatan untuk mengatasi hipertensi. Di dalam darah antara lain dialiri asupan-asupan lemak ke sel-sel pembuluh darah. Selanjutnya dinding pembuluh darah yang makin tebal karena lemak tersebut bisa mempersempit pembuluh darah. Jika ini terjadi pada ginjal, tentu akan terjadi kerusakan ginjal yang berakibat kepada penyakit gagal ginjal.

Hipertensi pada dasarnya merusak pembuluh darah. Jika pembuluh darahnya ada pada ginjal, tentu ginjalnya yang mengalami kerusakan. Belum lagi salah satu kerja ginjal adalah memproduksi enzim angio tension. Selanjutnya diubah menjadi angio tension II yang menyebabkan pembuluh darah mengkerut atau menjadi keras. Pada saat seperti inilah terjadi hipertensi.

Hipertensi bisa berakibat gagal ginjal. Sedangkan bila sudah menderita gagal ginjal sudah pasti terkena hipertensi. Bahkan hipertensi pada gilirannya menjadi salah satu faktor risiko meningkatnya kematian pada pasien hemodialisis (pasien ginjal yang menjalani terapi pengganti ginjal dengan cara cuci darah/hemodialisis di rumah sakit).

Naiknya tekanan darah di atas ambang batas normal bisa merupakan salah satu gejala munculnya penyakit pada ginjal. Beberapa gejala-gejala lainnya seperti berkurangnya jumlah urine atau sulit berkemih, edema (penimbunan cairan) dan meningkatnya frekuensi berkemih terutama pada malam hari.

Bila sudah dinyatakan gagal ginjal tahap akhir, maka pasien harus menjalankan terapi pengganti ginjal seumur hidupnya. Ada 3 jenis terapi pengganti pengganti ginjal yaitu Transplantasi (cangkok ginjal), Hemodialisis (sering disebut cuci darah), Peritoneal Dialisis (CAPD = continous ambulatory peritoneal dialysis) yang semuanya membutuhkan dana yang cukup besar.

sumber : ikcc.or.id