Beranda Rewards
Sahabat KECC Copied! Sahabat KECC Sahabat KECC

Tanda Obesitas pada Anak serta Tips Efektif Mengatasinya

Penting bagi orang tua untuk mengenali penyebab dan tanda-tanda obesitas pada anak sejak dini untuk mencegah dampak negatif jangka panjang. Obesitas adalah kondisi kesehatan yang dipengaruhi oleh banyak faktor, dengan sebagian besar kasus disebabkan oleh kombinasi faktor genetik dan lingkungan. Faktor lingkungan meliputi aktivitas fisik, gaya hidup, status sosial ekonomi, dan pola makan. Pemberian makanan padat terlalu dini pada bayi juga dapat meningkatkan risiko obesitas pada anak. Sebab, anak dengan obesitas memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami berbagai masalah kesehatan serius, seperti diabetes, hipertensi, penyakit jantung koroner, stroke, beberapa jenis kanker, obstructive sleep apnoea, dan osteoartritis.

Penyebab Obesitas pada Anak

  • Faktor Genetik dan Lingkungan: Genetik dan faktor lingkungan berperan penting dalam perkembangan obesitas pada anak. Anak yang memiliki anggota keluarga dengan riwayat obesitas memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami kondisi serupa.
  • Ketidakseimbangan Aktivitas Fisik dan Asupan Makanan: Pergeseran ke era digital membuat anak lebih cenderung kurang bergerak, yang menyebabkan ketidakseimbangan antara aktivitas fisik dan asupan makanan. Hal ini mengakibatkan ketidakseimbangan nutrisi dalam tubuh yang berpotensi menyebabkan obesitas.
  • Pola Makan dan Kebiasaan Jajan Tidak Sehat: Kebiasaan jajan di sekolah atau tempat bermain sering kali melibatkan konsumsi makanan yang tidak sehat. Banyak jajanan di lingkungan sekolah tidak memenuhi standar gizi dan kesehatan.

Tanda-tanda Obesitas pada Anak

  • Indeks Massa Tubuh (IMT) yang Tinggi: IMT di atas persentil 95 untuk usia dan jenis kelamin anak merupakan indikator utama obesitas.
  • Penumpukan Lemak Tubuh: Lemak berlebih, terutama di sekitar perut, dapat menjadi tanda obesitas.
  • Masalah Kesehatan Terkait: Anak yang mengalami obesitas sering menghadapi masalah kesehatan seperti sesak napas, nyeri sendi, dan kelelahan.
  • Perubahan Fisik:
    • Stretch marks atau perubahan warna kulit di sekitar leher dan ketiak.
    • Wajah bulat, pipi tembam, dan bahu rangkap.
    • Leher yang relatif pendek.
    • Perut yang buncit.
    • Kedua pangkal paha bagian dalam saling menempel dan bergesekan.
    • Pada anak laki-laki, dada yang membusung dan payudara sedikit membesar, serta penis yang mengecil (tidak terlihat secara utuh karena tertutup oleh timbunan lemak).
    • Pada anak perempuan, pubertas datang lebih dini, yaitu usia kurang dari 9 tahun sudah mengalami menstruasi.
  • Masalah Psikologis: Anak yang mengalami obesitas sering menghadapi masalah psikologis seperti rendahnya rasa percaya diri, depresi, atau kecemasan.

Tips Efektif Mengatasi Obesitas pada Anak

Untuk membantu anak dalam mengelola pola makan, orang tua perlu mengajarkan cara mengendalikan rasa lapar dan memastikan anak tidak makan berlebihan. Sebaiknya, hindari memaksa anak untuk terus makan jika ia sudah merasa kenyang. Orang tua juga disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter guna memastikan asupan makanan yang tepat sesuai dengan kondisi anak.

Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengontrol asupan kalori pada anak dengan obesitas meliputi:

  • Makan secara teratur tiga kali sehari dengan tambahan camilan sehat, seperti buah-buahan rendah kalori, seperti apel dan pir.
  • Menghindari buah-buahan yang tinggi kalori, seperti mangga.
  • Mengajarkan anak untuk lebih sering minum air putih.
  • Mengurangi konsumsi makanan siap saji.
  • Membatasi asupan susu hingga 500 ml per hari untuk anak usia 2 tahun ke atas dan mengganti susu full cream dengan susu rendah lemak.
  • Menghentikan kebiasaan memberikan hadiah makanan sebagai penghargaan.
  • Mengajarkan anak untuk tidak makan sambil menonton televisi atau bermain gadget.
  • Dengan menerapkan langkah-langkah ini, orang tua dapat membantu anak mengembangkan kebiasaan makan yang lebih sehat dan mengurangi risiko obesitas.

Pilihan Menu Diet untuk Anak Obesitas

Sayuran

Konsumsi sayur sangat penting dalam kehidupan sehari-hari karena berfungsi sebagai zat pengatur, mengandung zat gizi seperti vitamin dan mineral, memiliki kadar air tinggi, sumber serat makanan, antioksidan. Kurangnya konsumsi sayur dapat mengakibatkan berbagai dampak yaitu memicu perkembangan obesitas karena merupakan makanan yang rendah energi dan kaya akan serat yang akan menghambat terjadinya penimbunan lemak pada tubuh sehingga menyebabkan obesitas.

Buah-Buahan

Konsumsi buah yang rendah merupakan faktor risiko terhadap penyebab obesitas sentral dapat terjadi karena perilaku dan gaya hidup, perilaku makan serta faktor sosial ekonomi. Buah mengandung serat, vitamin, mineral dan air. Komponen terbesar buah-buahan adalah air. Oleh karena itu, kandungan serat pangan yang terdapat dalam buah-buahan rendah.

Dada Ayam

Dada ayam termasuk dalam menu diet untuk anak obesitas karena kaya akan protein. Namun, saat menyajikan dada ayam, pastikan untuk menghindari kulitnya, karena kulit ayam mengandung lemak yang dapat meningkatkan berat badan.

Telur

Berikutnya, telur menjadi pilihan menu diet yang baik untuk anak obesitas. Memberikan telur rebus saat sarapan dapat membantu anak merasa kenyang lebih lama, sehingga mengurangi keinginan untuk makan berlebihan. Manfaat ini berasal dari kandungan protein dan lemak yang tinggi dalam telur.

Kesimpulan

Obesitas pada anak adalah masalah serius yang memerlukan perhatian khusus oleh para orang tua dengan memahami penyebab, mengenali tanda-tanda, serta penanganannya. Untuk mengatasi obesitas, orang tua dapat menerapkan langkah-langkah seperti mengatur pola makan sehat, menghindari makanan siap saji, dan memilih makanan bergizi seperti sayuran, buah-buahan rendah kalori, dada ayam tanpa kulit, dan telur. Pendekatan ini membantu anak merasa kenyang lebih lama dan mengurangi risiko obesitas.

 

References

Seo YMY, Ellina AD. Kajian literatur pengaruh konsumsi makanan jajan dan obesitas pada anak usia sekolah. J Health Sci Community. 2022;3(1):38-9. Available from: https://thejhsc.org/index.php/jhsc/article/view/157

Danun NV, Kaligis SHM, Tiho M. Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Kadar Apolipoprotein B (ApoB) pada Remaja Overweight dan Obes. J e-Biomedik (eBm). 2016;4(1):1-2. Available from: https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/ebiomedik/article/view/12150

Khatami MR, Pudjijuniarto. Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan Tingkat Aktivitas Fisik Pada Siswa Pudjijuniarto. J Kesehat Olahraga. 2022;10(1):228-30. Available from: https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-kesehatan-olahraga/article/view/44240

Utami D, Setyarini GA. Faktor-faktor yang mempengaruhi Indeks Massa Tubuh pada Remaja Usia 15-18 Tahun di SMAN 14 Tangerang. J Ilmu Kedokteran Kesehatan. 2017;4(3):2011-3. Available from: https://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/kesehatan/article/view/1318

Masdar H, Saputri PA, Rosdiana D, Chandra F, Darmawi D. Depresi, ansietas, dan stres serta hubungannya dengan obesitas pada remaja. J Gizi Klinik Indones. 2017;12(4):141-2. Available from: https://journal.ugm.ac.id/jgki/article/viewFile/23021/15586

Setyani AN, Winarso H, Prayitno S. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Indeks Massa Tubuh Pada Anak Sekolah Dasar Kelas 4-5 Di SD Citra Berkat dan SDN Made 1 Surabaya. Prominentia Med J. 2020;1(1):25-7. doi: 10.37715/pmj.v1i1.1433. 

Damayanti S, Yudiernawati A, Maemunah N. Hubungan Perilaku Jajan Dengan Status Gizi Pada Anak SDN Tunggulwulung 3 Kota Malang. Nurs News. 2017;2(2):470-2. Available from: https://publikasi.unitri.ac.id/index.php/fikes/article/view/493.

Hidayanti L, Rahfiludin MZ, Nugraheni SA, Murwani R. Association between the habitual snack consumption at school and the prevalence of overweight in adolescent students in Tasikmalaya, Indonesia. Open Access Maced J Med Sci. 2022;10(E):981-2. doi: 10.3889/oamjms.2022.9858. 

Murni K, Suryani D, Wahyu WT. Relationship of vegetable and fruit consumption with central obesity in adults in Pasar Ikan Community Health Centers Bengkulu City in 2018. SANITAS J Teknol Seni Kesehat. 2019;10(1):87-9. doi: 10.36525/sanitas.2019.8. 

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Apakah anak obesitas? Yuk, kenali ciri-ciri anak obesitas [Internet]. 2018 [cited 2024 Jul 26]. Available from: https://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/obesitas/apakah-anak-obesitas-yuk-kenali-ciri-ciri-anak-obesitas

Siloam Hospitals. Diet untuk anak obesitas [Internet]. [cited 2024 Jul 26]. Available from: https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/diet-untuk-anak-obesitas

 

Perkembangan Tumbuh Gigi pada Anak, Apa yang Perlu Diketahui

Perkembangan Tumbuh Gigi pada Anak dimulai sejak bayi berada di dalam kandungan. Pada usia kehamilan sekitar 5 minggu, tunas pertama gigi susu berkembang di rahang bayi. Saat lahir, bayi sudah memiliki semua gigi susunya (10 di rahang atas, 10 di rahang bawah) dan beberapa gigi permanen yang tumbuh di rahangnya. Proses tumbuh gigi ini, termasuk erupsi gigi yang dikenal sebagai tumbuh gigi pada bayi, memiliki waktu dan urutan yang bervariasi pada setiap anak.

Proses Erupsi Gigi pada Anak

‘Erupsi’ mengacu pada gigi yang menembus garis gusi. Pada bayi, proses ini disebut tumbuh gigi. Waktu erupsi setiap gigi berbeda-beda pada setiap anak. Misalnya, gigi pertama seorang anak mungkin tumbuh ketika ia baru berusia beberapa bulan, sedangkan anak lainnya mungkin belum tumbuh gigi hingga ia berusia 12 bulan atau lebih. Meskipun waktu pastinya mungkin berbeda, urutan perkembangan gigi lebih konsisten. Gigi seri bawah adalah yang pertama erupsi, diikuti oleh gigi seri atas, dan kemudian gigi geraham susu pertama. Rata-rata anak memiliki 20 gigi susu pada usia 3 tahun. Sistem kekebalan tubuh bayi mulai berubah ketika ia berusia sekitar 6 bulan. Selain cenderung memasukkan sesuatu ke dalam mulut, hal ini juga membuat mereka lebih rentan terhadap penyakit.

Gejala Tumbuh Gigi pada Anak

Tumbuh gigi sering kali dikaitkan dengan gejala penyakit umum pada masa kanak-kanak, seperti perubahan pola tidur dan makan, rewel, ruam, ngiler, pilek, serta diare. Biasanya, gejala-gejala ini berlangsung sekitar 48 jam, namun dapat bervariasi pada setiap anak. Jika anak Anda mengalami gejala-gejala ini dalam jangka waktu yang lebih lama, penting untuk berkonsultasi dengan dokter anak Anda untuk mengetahui penyebab lain seperti infeksi bakteri, virus, atau telinga tengah. Terkadang, Anda mungkin melihat gelembung berwarna biru keabu-abuan di gusi tempat gigi akan segera muncul. Ini disebut kista erupsi dan biasanya hilang saat gigi erupsi. Pada masa ini, penting untuk memberi anak Anda dukungan tambahan agar mereka tetap nyaman.

Pentingnya Menjaga Kebersihan Gigi Susu

Kerusakan gigi sebenarnya bisa dicegah. Risiko terjadinya kerusakan gigi dapat dikurangi secara signifikan dengan kebiasaan menjaga kebersihan mulut yang baik dan pola makan yang sehat sejak usia muda. Gigi susu yang rusak perlu ditangani oleh dokter gigi. Dalam beberapa kasus, diperlukan perawatan spesialis di rumah sakit dengan anestesi umum. Jika diabaikan, gigi susu yang membusuk dapat menyebabkan sakit mulut, abses gigi (bisul atau bengkak akibat gigi terinfeksi), dan masalah pada gigi di sekitarnya. Kerusakan parah pada gigi susu dapat memengaruhi pola makan dan tidur, sehingga memperlambat pertumbuhan. Jika gigi geraham susu tanggal terlalu dini karena pembusukan yang parah, gigi susu yang berdekatan mungkin akan masuk ke dalam celah tersebut dan menimbulkan masalah jarak pada gigi dewasa saat tumbuh.

Sejak usia sekitar 6 tahun, gigi susu mulai ‘goyah’ dan tanggal untuk digantikan oleh gigi dewasa. Wajar jika seorang anak kehilangan gigi pertamanya sebelum usia 2 tahun atau lebih dari usia 6 tahun. Anak perempuan umumnya kehilangan gigi lebih awal dibandingkan anak laki-laki. Gigi pertama yang tanggal biasanya terletak di bagian depan rahang bawah.

Tips untuk Orang Tua dalam Menghadapi Proses Kehilangan Gigi Susu

Kehilangan gigi susu bisa meresahkan dan tidak nyaman bagi anak kecil. Saran untuk orang tua antara lain:

  • Yakinkan anak Anda bahwa kehilangan gigi susu adalah proses alami dan gigi dewasa baru akan menggantikannya. Gusi terasa lunak dan sedikit berdarah adalah hal yang wajar, meskipun beberapa anak mengalami sedikit atau tidak ada rasa tidak nyaman saat kehilangan gigi.
  • Gunakan kompres dingin atau obat antiinflamasi atau pereda nyeri yang dijual bebas untuk membantu meredakan nyeri gigi lepas. Tanyakan kepada dokter gigi atau apoteker Anda untuk rekomendasi obat yang tepat untuk anak Anda.

 

Referensi:

Teeth development in children [Internet]. 2024 [cited 2024 Sep 02]. Available from: https://www.betterhealth.vic.gov.au/health/conditionsandtreatments/teeth-development-in-children 

 

11 Tips Menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut Agar Tetap Sehat

Gigi dan mulut merupakan salah satu organ yang berperan penting bagi kesehatan tubuh secara menyeluruh. Jika kesehatan gigi dan mulut tidak dijaga, risiko terhadap penyakit atau masalah kesehatan lainnya akan meningkat. Lalu, bagaimana cara menjaga kesehatan gigi dan mulut? Simak tipsnya disini.

Tips Menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut

Berikut ini adalah beberapa cara menjaga kesehatan gigi dan mulut yang bisa Anda lakukan:

  1. Kurangi konsumsi makanan dan minuman yang manis

Membatasi konsumsi makanan dan minuman manis dapat mencegah gigi berlubang. Alasannya, makanan dan minuman manis mengandung gula, yang akan digunakan oleh bakteri dalam mulut untuk membentuk asam, yang akan merusak gigi. Jika dibiarkan, maka akan menyebabkan gigi keropos dan berlubang. Contoh makanan dan minuman yang harus dibatasi antara lain biskuit, kue, roti, minuman manis, berenergi dan bersoda.

  1. Pilih sikat gigi yang tepat

Saat memilih sikat gigi, pilihlah bulu sikat yang lembut sehingga nyaman digunakan dan lebih aman untuk gusi. Selain itu, pastikan bulu sikat gigi memiliki ujung yang kecil membulat. Jika sudah 3 bulan digunakan, sebaiknya Anda mengganti sikat gigi tersebut.

Anda juga harus memperhatikan cara menyikat gigi, karena hal ini juga menentukan kesehatan gigi dan mulut. Disarankan untuk menggosok gigi dengan gerakan memutar dan tidak terlalu menekan gigi. Anda disarankan juga untuk menggosok gigi dan lidah secara keseluruhan selama 2 menit.

  1. Melakukan flossing

Setelah menggosok gigi, Anda juga bisa menjaga kesehatan gigi dan mulut dengan melakukan flossing. Flossing adalah membersihkan gigi menggunakan benang gigi yang dilakukan untuk membersihkan kotoran yang tidak terjangkau oleh sikat gigi. Flossing perlu dilakukan setiap sehari sekali, agar gigi dan mulut terjaga kebersihannya.

Cara melakukan flossing, adalah gunakan benang gigi dengan melilitkan salah satu ujung benang menggunakan benang di jari telunjuk tangan kanan dan ujung benang lain di jari telunjuk tangan kiri. Kemudian, jepit kedua ujung benang dengan jari telunjuk dan ibu jari dan biarkan benang tetap tegang, lalu bersihkan sela gigi satu per satu dengan benang tersebut.

  1. Gunakan obat kumur

Kesehatan gigi dan mulut semakin terjaga dengan menggunakan obat kumur setelah makan atau sebelum tidur malam. Hal ini dikarenakan obat kumur bisa membersihkan area gigi dan mulut yang tidak terjangkau oleh sikat gigi atau flossing. Tidak hanya itu, obat kumur juga bisa mengurangi risiko gigi dan mulut terkena gangguan lain seperti gigi kuning, bau mulut, radang gusi dan plak gigi.

Cara berkumur dengan benar, sikatlah gigi Anda terlebih dahulu agar tidak menghambat kerja bahan aktif dalam obat kumur. Setelah itu, tuangkan obat kumur ke dalam tutup botol obat kumur. Berkumurlah selama 1 menit dan keluarkan dari mulut.

  1. Melakukan oil pulling

Cara menjaga kesehatan gigi dan mulut selanjutnya adalah melakukan oil pulling. Cara ini bisa mengurangi penumpukan plak gigi dan pertumbuhan bakteri di dalam mulut. Caranya, gunakan 1 sendok makan minyak kelapa maupun wijen dan berkumurlah dengan minyak tersebut selama 15-20 menit. Kemudian bilas mulut dengan air bersih dan sikat gigi Anda seperti biasa.

  1. Hentikan kebiasaan merokok

Kandungan tar dan nikotin di dalam rokok bisa membuat gigi rapuh, mudah patah dan ada perubahan warna. Kerugian lainnya, merokok juga meningkatkan risiko terkena kanker mulut. Karena itu, penting sekali untuk menghentikan kebiasaan merokok.

  1. Berhenti mengonsumsi alkohol

Mengonsumsi alkohol terlalu sering dapat menyebabkan mulut menjadi kering. Tidak hanya itu, orang yang ketergantungan alkohol juga lebih rentan mengalami kerusakan gigi karena memicu perkembangbiakan bakteri di mulut dan penumpukan plak gigi. Hal ini menyebabkan risiko gigi berlubang dan ompong secara permanen.

  1. Mengunyah permen karet yang bebas gula.

Ternyata mengunyah permen karet bebas gula bisa meningkatkan kesehatan gigi dan mulut. Alasannya, mengunya permen karet bebas gula membantu meningkatkan produksi air liur dalam mulut. Air liur bermanfaat untuk menetralkan dan menghilangkan asam yang dihasilkan saat bakteri dalam plak gigi mengurai sisa-sisa makanan.

  1. Mengonsumsi makanan sehat dan bergizi

Mengonsumsi makanan bergizi seperti sayuran, buah-buahan, protein hewani dan nabati bisa memberikan vitamin dan mineral yang dibutuhkan untuk kesehatan gigi dan mulut. Menurut Clinical Oral Investigations kandungan omega 3 dari ikan dan makanan laut memiliki sifat anti inflamasi yang bisa menurunkan risiko penyakit gusi.

  1. Batasi konsumsi makanan atau minuman yang manis dan asam

Mengonsumsi makanan manis mengandung gula bisa diubah menjadi asam oleh bakteri mulut sehingga menggerogoti enamel gigi. Sedangkan mengonsumsi makanan yang asam bisa meningkatkan risiko karies atau gigi berlubang. Karena itu, perlu sekali untuk membatasi mengonsumsi makanan atau minuman manis dan asam setiap harinya.

  1. Konsultasi ke dokter gigi secara rutin

Anda disarankan untuk memeriksa kesehatan gigi dan mulut ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali. Hal ini dilakukan untuk mendeteksi lebih awal jika ada masalah pada gusi, gigi maupun rongga mulut.

Itu dia tips menjaga kesehatan gigi dan mulut yang bisa Anda lakukan. Tetap menjaga kesehatan gigi dan mulut dengan tips yang sudah diinfokan tadi. Jangan lupa juga untuk mencari informasi kesehatan terkini di Website Sahabat KECC.

 

Referensi:

Bhatnagar D. M. (2021). Oral Health: A Gateway to Overall Health. Contemporary Clinical Dentistry, 12(3), pp. 211–212.

Centers for Disease Control and Prevention (2024). What Can Adults Do to Maintain Good Oral Health?

Better Health Channel Australia (2022). Teeth and Mouth Care.

U.S. Department of Health and Human Service. Office of Disease Prevention and Health (2022). Oral Health for Older Adults: Quick tips.

National Health Service UK (2022). Take care of your teeth and gums.Mayo Clinic (2021). Oral health: A Window to Your Overall Health.

Gunnars, K. Healthline (2024). Oil Pulling with Coconut Oil Can Transform Your Dental Health.

Whelan, C. Healthline (2022). The 9 Best Mouthwashes for Whitening, Cavities, Gums, Breath,

and More.

WebMD (2023). What is The Cost of a Deep Teeth Cleaning?

Frisbee, E. WebMD (2021). Choosing a Toothbrush: The Pros and Cons of Electric and Disposable.

Sering Disamakan, Tipes dan Tifus Ternyata Berbeda. Ini Penjelasannya!

Sekilas terlihat serupa, banyak orang yang salah mengira bahwa tipes dan tifus adalah penyakit yang sama. Padahal, keduanya memiliki perbedaan yang penting untuk dipahami. Mari pelajari perbedaan tipes dan tifus agar kamu tidak salah kaprah!

Jika kamu mengalami demam yang disertai rasa lelah dan gangguan pencernaan, segeralah periksakan diri ke dokter. Kondisi ini mungkin merupakan gejala penyakit tipes.

Meskipun tipes cukup umum, banyak orang masih sering keliru menganggap tipes dan tifus sebagai penyakit yang sama. Keduanya memang tampak serupa, tetapi sebenarnya disebabkan oleh bakteri yang berbeda dan memiliki cara penularan yang berbeda pula.

Jadi, apa sebenarnya perbedaan antara tipes dan tifus? Simak penjelasan berikut ini untuk mengetahuinya!

Kenali Perbedaannya Tipes dan Tifus

Banyak orang yang sering keliru menganggap penyakit tipes dan tifus sebagai hal yang sama. Padahal, keduanya adalah kondisi kesehatan yang berbeda. Inilah perbedaan utama antara penyakit tipes dan tifus yang perlu Kamu ketahui!

Apabila Kamu mengalami demam, tubuh terasa lelah, serta masalah pencernaan, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter. Gejala-gejala ini bisa jadi tanda dari penyakit tipes. Meski demikian, banyak yang masih menganggap tipes dan tifus sebagai penyakit yang sama. Namun, kenyataannya, kedua penyakit ini memiliki perbedaan yang signifikan.

Penyebab Tipes dan Tifus

Meskipun sama-sama disebabkan oleh infeksi bakteri, tipes dan tifus memiliki penyebab yang berbeda. Penyakit tipes atau demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi yang menginfeksi saluran pencernaan. Bakteri ini dapat menyebar melalui kontak langsung dengan feses atau urine dari orang yang terinfeksi, terutama jika kebersihan tangan tidak dijaga dengan baik setelah dari toilet. Selain itu, tipes juga dapat menyebar melalui makanan atau air yang terkontaminasi, terutama makanan yang tidak dimasak dengan benar.

Di sisi lain, tifus disebabkan oleh bakteri Rickettsia typhi yang ditularkan melalui gigitan kutu yang terinfeksi. Kutu ini biasanya berasal dari tikus atau kucing yang telah terinfeksi bakteri tersebut. Ketika kutu yang terinfeksi menggigit manusia, bakteri dapat masuk ke tubuh melalui luka gigitan atau kulit yang rusak.

Gejala Tipes dan Tifus

Gejala kedua penyakit ini sering kali mirip, namun ada beberapa perbedaan yang dapat diperhatikan.

  • Gejala Tipes: Gejala tipes umumnya muncul setelah masa inkubasi bakteri selama 1 hingga 2 minggu. Gejala yang paling umum termasuk demam tinggi yang meningkat setiap hari, sakit kepala, lelah, nyeri otot, sakit perut, diare atau sembelit, serta ruam kulit. Pada beberapa kasus, tipes juga bisa menyebabkan komplikasi serius seperti perut bengkak dan sepsis.
  • Gejala Tifus: Gejala tifus biasanya mulai terlihat beberapa hari hingga 2 minggu setelah terpapar kutu yang terinfeksi. Gejala yang muncul bisa berupa demam dan menggigil, nyeri otot, kehilangan nafsu makan, mual, muntah, sakit perut, batuk, serta ruam kulit yang sering muncul pada hari kelima infeksi.

Pengobatan dan Pencegahan

Meskipun memiliki perbedaan, baik tipes maupun tifus disebabkan oleh infeksi bakteri, sehingga keduanya dapat diobati dengan antibiotik. Berikut langkah-langkah pengobatan yang biasanya dilakukan:

  1. Minum Antibiotik: Jenis antibiotik yang diberikan tergantung pada jenis bakteri penyebab infeksi. Dokter mungkin meresepkan antibiotik tunggal atau kombinasi, tergantung pada tingkat keparahan infeksi.
  2. Memenuhi Kebutuhan Cairan: Pasien tipes sangat disarankan untuk mencukupi kebutuhan cairan guna mencegah dehidrasi akibat demam dan diare. Pada kasus yang lebih parah, pemberian cairan melalui infus mungkin diperlukan.
  3. Vaksinasi Tifoid: Untuk mencegah penyakit tipes, vaksin tifoid sangat dianjurkan, terutama bagi mereka yang tinggal di daerah dengan risiko tinggi. Vaksin ini dapat diberikan pada anak-anak mulai usia 2 tahun dan perlu diulang setiap 3 tahun.

Dengan memahami perbedaan antara tipes dan tifus serta cara pencegahannya, Kamu bisa lebih waspada dan mengambil langkah yang tepat untuk menjaga kesehatan.

 

Ditinjau oleh Tim Medis Klikdokter

Tips Agar Tetap Sehat di Musim Hujan

Tetap Sehat di Musim Hujan: 10 Tips yang Perlu Kamu Tahu

Musim hujan sering membawa berbagai penyakit, seperti flu. Oleh karena itu, penting untuk menjaga kesehatan tubuh selama musim ini. Simak tips-tips berikut agar tubuh tetap sehat dan kuat menghadapi musim hujan!

1. Perhatikan Pola Makan

Konsumsi makanan bergizi seimbang sangat penting untuk menjaga kesehatan di musim hujan. Pastikan untuk mengonsumsi karbohidrat kompleks seperti nasi merah dan kentang, serta makanan yang meningkatkan sistem imun seperti bawang putih dan jahe. Tambahkan juga makanan kaya serat, vitamin, dan mineral dari buah dan sayur, serta makanan probiotik seperti tempe dan yoghurt untuk melindungi tubuh dari infeksi.

2. Rutin Berolahraga

Olahraga rutin adalah kunci untuk tetap sehat, meskipun cuaca hujan sering membuat kita malas bergerak. Cobalah olahraga ringan di rumah seperti yoga, lompat tali, atau senam untuk meningkatkan suasana hati dan menjaga tubuh tetap bugar.

3. Cukup Tidur

Tidur cukup sangat penting untuk menjaga sistem kekebalan tubuh tetap kuat. Di musim hujan, pastikan Kamu mendapatkan istirahat yang cukup agar tubuh mampu melawan virus dan bakteri.

4. Selalu Cuci Tangan

Musim hujan meningkatkan risiko penyebaran bakteri dan virus. Biasakan mencuci tangan secara teratur dengan sabun dan air, terutama sebelum makan, setelah menggunakan toilet, atau setelah memegang benda yang sering disentuh banyak orang.

5. Terapkan Gerakan 4M Plus

Musim hujan meningkatkan risiko demam berdarah akibat nyamuk. Lakukan gerakan 4M Plus: menguras, menutup, mengubur, dan memantau wadah air, serta mencegah gigitan nyamuk dengan menggunakan obat anti-nyamuk dan memasang kasa nyamuk.

6. Hindari Jajan Sembarangan

Di musim hujan, risiko makanan terkontaminasi meningkat. Hindari membeli makanan di pinggir jalan yang tidak terjamin kebersihannya, untuk mencegah infeksi bakteri yang bisa membahayakan kesehatan.

7. Gunakan Pakaian Hangat

Jaga tubuh agar tetap hangat dengan mengenakan pakaian tebal dan hangat seperti jaket, sweater, atau pakaian lengan panjang, terutama saat bepergian di bawah hujan.

8. Konsumsi Suplemen Tambahan

Untuk meningkatkan daya tahan tubuh di musim hujan, konsumsi suplemen yang mengandung multivitamin dan mineral dapat membantu memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral. Namun, pastikan untuk berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu jika Kamu memiliki kondisi kesehatan tertentu.

9. Dapatkan Vaksinasi

Musim hujan identik dengan peningkatan kasus flu. Dapatkan vaksinasi influenza secara rutin setiap tahun untuk mencegah flu dan mengurangi tingkat keparahan penyakit. Vaksin ini aman untuk orang dewasa dan anak-anak mulai usia 6 bulan.

10. Kelola Stres dengan Baik

Musim hujan sering menyebabkan gangguan pada jadwal dan pekerjaan, yang bisa meningkatkan stres. Kelola stres dengan baik melalui meditasi, hobi, atau berkonsultasi dengan psikolog jika perlu, agar sistem kekebalan tubuh tetap kuat.

Suplemen multivitamin dan mineral dapat membantu menjaga tubuh tetap sehat dan aktif sepanjang hari. Kandungan seperti Zinc dan multivitamin mendukung daya tahan tubuh agar Kamu tetap produktif meskipun di musim hujan.

 

Ditinjau oleh dr. Arina Heidyana

Vaksin Influenza: Masi Bisa Nih! Waktu Terbaik untuk Vaksinasi Flu

Flu atau influenza adalah infeksi virus yang dapat menyebabkan gejala seperti hidung berair, demam, sakit tenggorokan, nyeri otot, batuk, dan sakit kepala. Biasanya flu sembuh dalam 1-2 minggu. Namun, flu dapat kambuh kembali karena virus ini sangat menular.

Saat sistem kekebalan tubuh Kamu lemah dan orang-orang di sekitar terinfeksi flu, Kamu berisiko tertular kembali. Hal ini dapat mengganggu aktivitas harian dan membuat Kamu merasa lelah. Untungnya, flu bisa dicegah dengan vaksinasi. Tapi kapan waktu terbaik untuk mendapatkan vaksin flu? Berikut adalah jadwal yang direkomendasikan:

Waktu Terbaik untuk Mendapatkan Vaksinasi Influenza

Untuk memastikan vaksin influenza bekerja maksimal dalam melindungi tubuh, penting untuk memahami waktu terbaik untuk mendapatkannya. Berikut adalah beberapa waktu yang direkomendasikan:

  1. Menjelang Musim Hujan Musim hujan adalah waktu di mana penularan flu mencapai puncaknya. Virus influenza lebih lama bertahan di kondisi lembap atau dingin. Selain itu, peralihan musim dari kemarau ke hujan sering melemahkan daya tahan tubuh. Sebaiknya, vaksinasi dilakukan sebelum musim hujan dimulai. Menurut BMKG, musim hujan di Indonesia diperkirakan dimulai pada November dan Desember 2023, dengan puncaknya pada Januari dan Februari 2024. Karena kekebalan tubuh setelah vaksinasi memerlukan waktu sekitar dua minggu untuk terbentuk, sebaiknya vaksin dilakukan beberapa minggu sebelum musim hujan atau puncak musim flu dimulai.
  2. Kapan Saja dalam Setahun Meskipun flu lebih sering terjadi di musim hujan, virus influenza bisa menyebar sepanjang tahun. Oleh karena itu, Kamu bisa mendapatkan vaksinasi kapan saja sepanjang tahun, asalkan Kamu dalam keadaan sehat. Pastikan Kamu mendapatkan vaksinasi setahun sekali untuk perlindungan optimal.
  3. Usia di Atas 6 Bulan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) merekomendasikan vaksinasi influenza dimulai sejak usia 6 bulan. Anak-anak berusia 6 bulan hingga 9 tahun membutuhkan dua dosis dengan interval empat minggu, sementara di atas 9 tahun hanya membutuhkan satu dosis per tahun.

Dosis dan Jadwal Vaksin Influenza

Menurut Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia, vaksin influenza untuk usia 19 hingga 60 tahun ke atas diberikan satu dosis setiap tahunnya. Sedangkan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merekomendasikan pemberian vaksin influenza pada bayi dan anak-anak dimulai dari usia 6 bulan, dengan satu dosis setiap tahun.

Berapa Lama Efektivitas Vaksin Influenza Bertahan?

Vaksin influenza tidak memberikan perlindungan jangka panjang, karena efektivitasnya menurun seiring waktu. Oleh karena itu, vaksinasi ulang perlu dilakukan setiap tahun sesuai jadwal.

 

Ditinjau oleh Tim Medis Klikdokter

Vaksinasi Flu Anak: Manfaat, Jadwal, dan Efek Sampingnya!

Vaksin flu memberikan banyak manfaat bagi anak-anak, terutama dalam melindungi mereka dari infeksi virus influenza. Selain melindungi, vaksin ini juga memperkuat sistem kekebalan tubuh anak, menjaga mereka tetap sehat dan aktif. Vaksin influenza merupakan salah satu vaksin penting yang harus diberikan kepada anak.

Pentingnya Vaksinasi Flu untuk Anak

Vaksinasi adalah langkah krusial untuk mendukung tumbuh kembang anak. Dengan vaksin, kekebalan tubuh anak terhadap kuman penyakit tertentu akan meningkat, termasuk melawan virus influenza. Vaksin influenza memberikan perlindungan yang efektif terhadap infeksi flu, membantu tubuh anak mengembangkan kekebalan, dan mengurangi risiko penyebaran virus.

Manfaat Vaksin Influenza untuk Anak

  1. Mencegah Komplikasi Serius: Vaksin flu melindungi anak dari komplikasi serius seperti pneumonia dan penyakit kronis lainnya yang bisa berakibat fatal.
  2. Mengurangi Risiko Penyebaran Virus: Dengan memvaksinasi anak, tidak hanya melindungi kesehatan mereka, tetapi juga membantu mencegah penyebaran virus influenza di lingkungan sekitar.
  3. Mempercepat Penyembuhan: Jika anak tetap terinfeksi meskipun sudah divaksin, gejalanya biasanya lebih ringan, dan proses penyembuhan lebih cepat.

Kenapa Anak Perlu Vaksin Flu?

  1. Rentan Terhadap Infeksi: Anak-anak, terutama yang berusia di bawah 5 tahun, memiliki sistem kekebalan tubuh yang belum sepenuhnya berkembang, sehingga mereka sangat rentan terhadap infeksi influenza. Vaksinasi flu adalah cara terbaik untuk meningkatkan pertahanan tubuh mereka.
  2. Proteksi untuk Keluarga: Vaksin flu tidak hanya melindungi anak, tetapi juga memberikan perlindungan kepada keluarga dan lingkungan sekitar dengan mencegah penyebaran virus.

Bagaimana Cara Kerja Vaksin Influenza?

Vaksin influenza mengandung virus yang dilemahkan. Ketika virus ini disuntikkan ke dalam tubuh, ia merangsang produksi antibodi khusus yang mampu melawan infeksi virus influenza di masa depan. Antibodi ini tersimpan dalam tubuh dan siap melawan virus jika anak terpapar kembali.

Jadwal Vaksin Flu untuk Anak

Di Indonesia, vaksin flu sangat dianjurkan untuk anak usia 6 bulan ke atas. Vaksin ini diberikan melalui suntikan di otot paha pada bayi atau lengan atas pada anak dan dewasa. Untuk anak yang baru pertama kali menerima vaksin flu di bawah usia 9 tahun, diperlukan dosis kedua dengan interval 4 minggu. Setelah itu, vaksin flu perlu diulang setiap tahun.

Efek Samping Vaksin Flu pada Anak

Meskipun vaksin influenza aman, beberapa efek samping ringan dapat terjadi, seperti nyeri di tempat suntikan, gejala mirip flu ringan, muntah, nyeri perut, atau demam. Efek samping ini umumnya hilang dalam beberapa hari.

Kesimpulan: Manfaat Vaksin Flu Lebih Besar daripada Risikonya

Melihat manfaatnya, vaksin flu sangat dianjurkan untuk anak-anak, bahkan sejak usia 6 bulan. Efek sampingnya yang ringan membuatnya aman, dan orang tua dapat merasa tenang memberikan vaksin ini untuk mencegah influenza berulang.

Untuk memudahkan proses vaksinasi, Anda dapat membawa anak ke fasilitas kesehatan terdekat. Salah satu pilihan vaksin influenza quadrivalent yang tersedia di Indonesia adalah Vaxigrip Tetra, yang memberikan perlindungan terhadap empat strain virus influenza. Diskusikan dengan petugas kesehatan mengenai pilihan terbaik untuk anak Anda.

 

Ditinjau oleh Dr. Reza Fahlevi, Sp.A

Tips Dalam Mengoptimalkan Kesehatan Saluran Cerna Anak

Dewasa ini, pengetahuan tentang kesehatan pencernaan tidak hanya terfokus pada saluran cerna itu sendiri. Lebih jauh lagi, kesehatan pencernaan banyak dihubungkan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak di masa depan. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa sistem pencernaan memiliki peran penting dalam pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan anak secara keseluruhan, lebih dari sekadar fungsi klasiknya untuk mempersiapkan pasokan nutrisi bagi tubuh. Saluran cerna yang berfungsi secara optimal menjadi cermin kesehatan anak.

Peran Sistem Pencernaan dalam Kekebalan Tubuh

Saluran cerna merupakan organ kekebalan tubuh yang terbesar, tersusun dari jaringan limfoid dan sekitar 80 persen menghasilkan antibodi. Jaringan limfoid pada saluran cerna merupakan jaringan limfoid terbesar di dalam tubuh manusia. Oleh karena itu, saluran cerna sangat berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh (sistem imun) secara keseluruhan.

Faktor Penunjang Kesehatan Pencernaan

Salah satu faktor kunci untuk saluran cerna yang sehat adalah adanya kolonisasi bakteri baik yang dominan dibandingkan dominasi bakteri patogen dalam saluran cerna. Salah satu cara untuk meningkatkan paparan mikrobiota baik tanpa meningkatkan risiko penyakit adalah dengan menggunakan probiotik.

Tips untuk Si Kecil

Berikut adalah beberapa tips untuk menjaga kesehatan saluran cerna si kecil:

  1. Pola Makan Seimbang: Pastikan anak mengonsumsi makanan bergizi dengan cukup serat, sayuran, buah-buahan, dan biji-bijian.
  2. Hidrasi: Anak perlu minum cukup air setiap hari.
  3. Aktivitas Fisik: Rutin berolahraga membantu pencernaan yang sehat.
  4. Kebersihan: Ajarkan anak untuk mencuci tangan sebelum makan dan setelah menggunakan toilet.
  5. Batasi Makanan Manis dan Berlemak: Kurangi konsumsi makanan yang tinggi gula dan lemak jenuh.

Kebiasaan sehat yang ditanamkan sejak dini akan membentuk fondasi bagi kesehatan mereka di masa depan. Dengan menjaga kesehatan saluran cerna pada anak, Ibu dapat membantu anak tumbuh sehat, aktif, ceria, dan tanggap.

 

Referensi:

  1. Hegar B. Masalah saluran cerna anak: penyebab dan mengatasinya [Internet]. Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2012 [cited 2024 Jun 19]. Available from: https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/masalah-saluran-cerna-anak-penyebab-dan-mengatasinya
  2. Kadim M. Saluran cerna, benteng kesehatan anak (Bagian 1) [Internet]. Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2016 [cited 2024 Jun 19]. Available from: https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/saluran-cerna-benteng-kesehatan-anak-bagian-i
  3. Basrowi R, Sulistomo AW, Adi NP, Pandelaki K. Kesehatan pencernaan awal tumbuh kembang yang sehat [Internet]. 2018 [cited 2024 Jun 19]. Available from: https://www.researchgate.net/profile/Ray-Basrowi/publication/325594560_Kesehatan_Pencernaan_Awal_Tumbuh_Kembang_yang_Sehat/links/5b2248340f7e9b0e3741025b/Kesehatan-Pencernaan-Awal-Tumbuh-Kembang-yang-Sehat.pdf

Libur Sekolah Sebentar Lagi, Nikmati Liburan Sehat!

Libur Sekolah Sebentar lagi!

Ini saatnya untuk para siswa-siswi berleha-leha setelah 30-40 jam setiap minggunya menimba ilmu. Banyak kegiatan yang bisa dilakukan untuk mengisi waktu liburan sekolah, terutama diisi dengan kegiatan bermain. 

Jangan lupa untuk tetap makan-makanan yang sehat dan bergizi. Di samping itu, banyak kegiatan liburan yang tidak terpaku waktu, ini adalah kesempatan yang bagus untuk kamu memenuhi nutrisi yang seimbang untuk tubuh kamu.

Tips Pola Makan Sehat Selama Liburan

Tetap makan dengan porsi Piring Sehatku dengan  komposisis 50% dipenuhi kebutuhan 1/3 protein dari lauk pauk, 2/3 karbohidrat dan 50% nya lagi dari buah dan sayur. Oleh karena itu, sangat penting untuk menjaga asupan makanan selama liburan. Libur ke sekolah tapi bukan berarti libur untuk konsumsi vitamin. Walaupun tidak berkegiatan belajar-mengajar, namun kegiatan di libur sekolah ternyata juga tetap butuh asupan vitamin, loh!

Apa saja sih vitamin yang bisa anak konsumsi?

  • Vitamin A

Gen Z gak mungkin jauh dari gadget. Saat libur sekolah akan banyak anak yang menonton telivisi untuk mencari hiburan dan bermain games elektronik di smartphone dan tablet digital. Menurut Australian Institute of Family Studies, rekomendasi screen time untuk anak usia 5-17 tahun adalah tidak lebih dari dua jam per harinya. Selain menganggu kesehatan mata, terlalu banyak waktu di depan layar elektronik ternyata dapat berhubungan dengan berat badan anak dan masalah kebiasaan, kecemasan, hiperaktif, masalah pemusatan perhatian, pengendalian emosi dan gangguan psikosial. Maka dari itu, walaupun libur sekolah, tetap batasi penggunaan gadget pada anak. Untuk mengurangi risiko kesehatan mata karena terpapar sinar dari gadget, anak dapat konsumsi vitamin A. Vitamin A dapat meningkatkan daya tahan tubuh serta proteksi kesehatan mata.

  • Vitamin B kompleks

Vitamin B kompleks yang terdiri dari B1, B2, B3, B5, B6, B7, B9 dan B12 sangat penting diperlukan untuk tubuh. Kekurangan vitamin D pada anak dapat meningkatkan berbagai risiko penyakit, seperti anemia, gangguan pencernaan, dan infeksi. Selain itu vitamin B pada anak juga bermanfaat untuk tumbuh dan kembang, perkembangan otak dan kesehatan mata, serta membantu meningkatkan napsu makan anak. 

  • Vitamin C

Saat liburan, terkadang anak-anak akan dipadati dengan berbagai kegiatan yang terkadang akan membuat anak menjadi mudah sakit. Vitamin C berperan untuk menjaga imunitas tubuh anak dan sebagai antioksidan, sehingga kegiatan anak saat liburan tidak terganggu dan anak tetap bisa produktif untuk mengisi liburnya dengan kegiatan yang padat dan positif.

  • Vitamin D

Terkadang kegiatan anak tidak bisa dipastikan apakah selalu berkegiatan di luar ruangan atau tidak untuk mendapatkan cukup sinar matahari. Vitamin D sangat diperlukan untuk membantu penyerapan kalsium dan fosfor yang berperan untuk kesehatan tulang dan gigi anak. 

Vitamin diatas dapat kamu konsumsi dalam bentuk vitamin satuan, namun akan lebih simpel bila kamu konsumsi multivitamin yang sudah mengandung beberapa vitamin dan bonusnya sudah ada kandungan mineralnya. Sehingga, multivitamin akan lebih mudah dibawa saat liburan. 

Jangan lupa juga untuk selalu menjaga pola hidup bersih dan sehat, mulai dari cuci tangan pakai sabun, aktivitas fisik ringan sampai sedang dan minum 8 gelas air mineral sehari.

Itu dia tadi vitamin yang perlu kamu persiapkan dan konsumsi selama masa libur sekolah. Libur sekolah bukan berarti melewatkan nutrisi yang seimbang untuk tubuh anak, apalagi anak-anak sangat membutuhkannya untuk tumbuh kembang yang optimal.

 

Referensi:

  1. Australian Institute of Family Studies. Too much time on screens? Screen time effects and guidelines for children and young people [Internet]. 2024. Cited 2024 May 6. Available from: https://aifs.gov.au/resources/short-articles/too-much-time-screens 
  2. Vitamin A supplementation: who, when and how. Community Eye Health. 2013;26(84):71.
  3. Vitamin B [Internet]. 2024. Cited 2024 May 6. Available from: https://www.alodokter.com/vitamin-b 
  4. Hemilä H, Chalker E. Vitamin C for preventing and treating the common cold. Cochrane Database Syst Rev. 2013 Jan 31;2013(1).
  5. Centres for Disease Control and Prevention. Vitamin D [Internet]. 2021. Cited 2024 May 6. Available from: https://www.cdc.gov/nutrition/infantandtoddlernutrition/vitamins-minerals/vitamin-d.html#:~:text=All%20children%20need%20vitamin%20D,of%20vitamin%20D%20each%20day
  6. Kemkes RI. Isi Piringku [Internet]. 2018. Cited 2024 May 6. Available from: https://kesmas.kemkes.go.id/konten/133/0/062511-isi-piringku

Penyebab dan Solusi GTM pada Anak

Mengenal MPASI dan Proses Belajar Makan

Proses makan pada anak merupakan suatu tahapan ketika usia anak sudah berusia di atas 6 bulan, atau yang dikenal dengan MPASI (Makanan Pendamping ASI). Proses belajar makan pada anak tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan nutrisi, melainkan juga sebagai momen untuk melatih keterampilan dan kebiasaan makan yang sehat. Pada proses makan juga terjadi interaksi antara orangtua dan anak yang dapat mendekatkan orangtua dan si buah hati. Namun, yang terjadi seringkali tidak sesuai harapan, karena dalam proses makan ini tak jarang, orangtua mengeluhkan GTM pada anak mereka. Dari yang awalnya menutup rapat mulut sampai menyemburkan makanan atau bahkan melepehkan kembali makanan yang sudah masuk ke dalam mulutnya.

Penyebab GTM pada Anak

Gerakan tutup mulut atau yang dikenal dengan GTM adalah suatu kondisi dimana anak enggan makan atau bahkan menolak makanan dengan menutup mulutnya. Menurut penelitian multisenter Ikatan Dokter Anakn Indonesia/ IDAI, penyebab tersering GTM pada anak adalah inappropiate feeding practice, yaitu perilaku makan yang tak benar atau pemberian makanan yang tidak sesuai usia. Seringkali, hal ini terjadi sejak fase penyapihan atau waktu dimulainya pemberian MPASI. Pemberian makan yang benar harus memperhatikan beberapa hal seperti tepat waktu, kuantitas dan kualitas makanan, kebersihan penyiapan dan penyajian makanan serta harus sesuai dengan tahapan perkembangan anak. Tidak kalah penting untuk selalu menyesuaikan tekstur makanan dan perbandingan makanan padat serta cair sesuai dengan usia dan kebutuhan anak. Apabila tekstur dan perbandingan makanan tersebut tidak sesuai, maka anak juga enggan untuk makan karena tidak sesuai dengan kemampuan mereka untuk mengunyah atau mencerna.

Solusi Mengatasi GTM pada Anak

Meskipun demikian, para orangtua tidak perlu khawatir, karena fenomena GTM pada anak ini dapat dicegah dan diatasi supaya tidak berkelanjutan dan mengganggu asupan gizi anak. Solusi dari GTM adalah dengan melatih perilaku makan anak dengan menerapkan feeding rules atau peraturan makan, yaitu:

  • Mengatur jadwal makan anak dan tetapkan jam pemberian makan, supaya anak mengerti kapan waktu untuk makan. Termasuk mengatur jadwal makanan utama dan makanan selingan/ snack.
  • Membatasi waktu makan 30 menit agar anak bisa fokus dalam proses makan. Kalau dibiarkan terlalu lama, maka seringnya anak akan cenderung mengemut makanan.
  • Mengajak anak untuk terlibat dalam proses makan, misalnya dengan menggunakan sendok/ garpu, memegang makanan. Jika anak menunjukkan tanda tidak mau makan, dengan menutup mulut, memalingkan kepala, menangis, maka hentikan proses makan dan tawarkan makanan kembali tanpa memaksa. Lakukan hal ini sekitar 10-15 menit, jika anak tetap tidak mau makan maka akhiri proses makan. Hal ini dilakukan supaya anak mengenali rasa kenyang dan laparnya sendiri.
  • Membatasi konsumsi susu, baik dari jumlah susu yang diberikan, mau pun waktu pemberian susu. Jika anak tidak mau makan, jangan digantikan dengan pemberian susu. Nutrisi yang optimal untuk anak lebih baik dari makanan yang dikonsumsi.
  • Hal lain yang sebaiknya tidak dilakukan ketika anak sedang makan adalah memarahi anak ketika tidak mau makan, membiasakan anak makan dengan distraksi lain seperti naik sepeda, menonton televisi, dan berjalan-jalan.

 

Referensi:

  1. Ilmu Kesehatan Anak Indonesia (IDAI). “Gerakan Tutup Mulut (GTM) pada Batita.” IDAI. Available online: https://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/gerakan-tutup-mulut-gtm-pada-batita (Accessed April 8, 2024).
  2. Ilmu Kesehatan Anak Indonesia (IDAI). “Memberi Makan pada Bayi: Kapan, Apa, dan Bagaimana.” IDAI. Available online: https://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/memberi-makan-pada-bayi-kapan-apa-dan-bagaimana (Accessed April 8, 2024).
  3. Ikatan Dokter Anak Indonesia, UKK Nutrisi dan Penyakit Metabolik. Pendekatan diagnosis dan tata laksana masalah makan pada batita di Indonesia. Jakarta: IDAI;2014. 13

 

Tanggal :
Sahabat KECC
Tentang Event

Bagikan : Sahabat KECC Copied! Sahabat KECC Sahabat KECC
Sahabat KECC