Beranda Rewards
Sahabat KECC Copied! Sahabat KECC Sahabat KECC

Fakta, Risiko, dan Cara Pencegahan Kanker Payudara

Kanker payudara merupakan jenis kanker paling umum di Indonesia dan menyumbang jumlah kasus kanker terbanyak di negara ini. Berdasarkan data Globocan 2020, terdapat 68.858 kasus baru kanker payudara (16,6% dari total 396.914 kasus kanker di Indonesia) dengan lebih dari 22.000 kematian akibat penyakit ini. Keterlambatan penanganan bukan hanya memperburuk prognosis pasien, tetapi juga meningkatkan beban biaya pengobatan. Selama periode 2019-2020, BPJS Kesehatan menghabiskan sekitar 7,6 triliun rupiah untuk pengobatan kanker, di mana kanker payudara menjadi salah satu penyebab utama tingginya biaya tersebut.

Deteksi Dini

Deteksi dini kanker payudara sangat penting untuk meningkatkan harapan hidup. Menurut American Cancer Society, jika terdeteksi pada tahap awal, terutama pada stadium lokal, tingkat kelangsungan hidup relatif 5 tahun dapat mencapai 99%. Deteksi dini ini bisa dilakukan dengan beberapa cara:

  • Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI): Dilakukan setiap bulan untuk mendeteksi perubahan fisik pada payudara.
  • Pemeriksaan Klinis Payudara: Dilakukan secara berkala oleh tenaga medis profesional di klinik atau rumah sakit.
  • Mammogram: Pemeriksaan radiologi yang dapat mendeteksi tumor atau perubahan abnormal pada jaringan payudara.

Penting untuk mempelajari cara melakukan SADARI dan rutin memeriksakan diri guna meningkatkan peluang deteksi dini serta menurunkan risiko komplikasi.

Faktor Risiko

Kanker payudara dapat dipicu oleh berbagai faktor, baik yang dapat diubah maupun yang tidak dapat diubah. Berikut beberapa faktor risiko utama:

Faktor Risiko yang Tidak Dapat Diubah

  1. Usia: Risiko akan meningkat seiring bertambahnya usia, terutama setelah usia 50 tahun. Sebagian besar kasus didiagnosis pada wanita di atas usia 50 tahun.
  2. Mutasi Genetik: Sekitar 5-10% kasus kanker payudara diwariskan melalui mutasi genetik, seperti BRCA1 dan BRCA2. Mutasi ini meningkatkan risiko kanker payudara dan ovarium.
  3. Riwayat Keluarga: Wanita dengan riwayat keluarga kanker payudara, terutama jika ibu, saudara perempuan, atau kerabat dekat terkena kanker pada usia muda, memiliki risiko lebih tinggi.
  4. Riwayat Reproduksi: Wanita yang menstruasi lebih awal (sebelum usia 12 tahun) atau menopause lebih lambat (setelah usia 55 tahun) lebih berisiko karena durasi paparan hormon estrogen yang lebih lama.
  5. Paparan Radiasi: Wanita yang pernah menjalani terapi radiasi di bagian dada sebelum usia 30 tahun memiliki risiko lebih tinggi di kemudian hari.

Faktor Risiko yang Dapat Diubah

  1. Kurang Aktivitas Fisik: Gaya hidup yang tidak aktif dapat meningkatkan risiko kanker payudara.
  2. Kelebihan Berat Badan Setelah Menopause: Wanita yang mengalami obesitas setelah menopause memiliki risiko lebih tinggi.
  3. Penggunaan Hormon: Terapi penggantian hormon (termasuk estrogen dan progesteron) dalam jangka panjang, serta beberapa kontrasepsi oral, dapat meningkatkan risiko jika digunakan lebih dari 5 tahun.
  4. Konsumsi Alkohol: Penelitian menunjukkan bahwa konsumsi alkohol secara berlebihan dapat meningkatkan risiko.

Pencegahan Kanker Payudara

Menerapkan gaya hidup sehat sangat penting untuk menurunkan risiko. Berikut beberapa langkah yang bisa diambil:

  • Cek Kesehatan Secara Rutin: Rutin melakukan pemeriksaan kesehatan, mammogram, dan SADARI.
  • Enyahkan Asap Rokok: Hindari merokok dan paparan asap rokok.
  • Rajin Aktivitas Fisik: Berolahraga secara teratur dapat membantu menurunkan risiko.
  • Diet Seimbang: Mengonsumsi makanan sehat, termasuk sayuran, buah-buahan, dan biji-bijian, membantu menjaga berat badan yang ideal.
  • Istirahat Cukup: Tidur yang cukup penting untuk menjaga kesehatan tubuh.
  • Kelola Stres: Mengelola stres dengan baik dapat membantu menjaga kesehatan secara keseluruhan.

Kanker payudara merupakan penyakit serius yang banyak menyerang wanita di Indonesia, terutama di usia 50 tahun ke atas. Deteksi dini melalui SADARI, mammogram, dan pemeriksaan klinis dapat meningkatkan peluang penyembuhan. Selain itu, gaya hidup sehat dan pencegahan melalui langkah-langkah seperti cek kesehatan rutin, diet seimbang, dan aktivitas fisik dapat membantu menurunkan risiko.

 

Referensi:

Kementerian Kesehatan RI. Kanker payudara paling banyak di Indonesia, Kemenkes targetkan pemerataan layanan kesehatan [Internet]. 2024 [cited 2024 Oct 15]. Available from: https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20220202/1639254/kanker-payudaya-paling-banyak-di-indonesia-kemenkes-targetkan-pemerataan-layanan-kesehatan/

National Breast Cancer Foundation. Early detection of breast cancer [Internet]. 2024 [cited 2024 Oct 16]. Available from: https://www.nationalbreastcancer.org/early-detection-of-breast-cancer/

National Center for Biotechnology Information. Breast cancer screening [Internet]. 2024 [cited 2024 Oct 15]. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK447103/

Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Risk factors for breast cancer [Internet]. 2024 [cited 2024 Oct 15]. Available from: https://www.cdc.gov/breast-cancer/risk-factors/index.html

Breastcancer.org. Breast cancer risk factors [Internet]. 2024 [cited 2024 Oct 15]. Available from: https://www.breastcancer.org/risk/risk-factors

Kementerian Kesehatan RI. Pencegahan penyakit kanker payudara [Internet]. 2024 [cited 2024 Oct 16]. Available from: https://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/penyakit-kanker/pencegahan-penyakit-kanker-payudara

 

Osteopenia dan Osteoporosis Apa Perbedaannya?

Kesehatan tulang menjadi salah satu aspek penting dalam menjaga kualitas hidup, terutama saat bertambahnya usia. Dua kondisi yang kerap dikaitkan dengan masalah kesehatan tulang adalah osteopenia dan osteoporosis. Meskipun keduanya berhubungan dengan penurunan kepadatan tulang, 2 kondisi ini memiliki tingkat keparahan yang berbeda. Artikel ini akan membahas secara rinci perbedaan antara osteopenia dan osteoporosis, serta bagaimana cara mencegahnya.

Apa Itu Osteopenia dan Osteoporosis?  

  • Osteopenia adalah kondisi di mana kepadatan tulang Anda lebih rendah dari rata-rata orang seusia Anda, namun belum cukup parah untuk dianggap sebagai osteoporosis. Osteopenia dapat dianggap sebagai tahap awal penurunan kepadatan tulang, dan tanpa penanganan yang tepat, kondisi ini bisa berkembang menjadi osteoporosis.
  • Osteoporosis, di sisi lain, adalah kondisi yang lebih serius di mana kepadatan tulang berkurang secara signifikan. Pada kondisi ini, tulang menjadi sangat lemah dan lebih rentan mengalami patah, terutama setelah jatuh atau terpeleset.

Faktor Risiko

Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terkena osteopenia dan osteoporosis, di antaranya:

  1. Jenis Kelamin: Wanita lebih berisiko mengalami osteoporosis dibandingkan pria, terutama setelah menopause akibat penurunan hormon estrogen.
  2. Usia: Seiring bertambahnya usia, kepadatan tulang alami menurun.
  3. Riwayat Keluarga: Jika salah satu anggota keluarga menderita osteoporosis, risiko Anda meningkat.
  4. Ukuran Tubuh: Pria dan wanita dengan tulang kecil lebih berisiko karena mereka memiliki lebih sedikit massa tulang.
  5. Kebiasaan Makan: Diet rendah kalsium, vitamin D, dan protein dapat memperburuk kesehatan tulang.
  6. Obat-obatan Jangka Panjang: Penggunaan obat kortikosteroid, antiepilepsi, kemoterapi, serta obat penghambat reuptake serotonin selektif (SSRI) dapat meningkatkan risiko osteoporosis.

Bagaimana Cara Mendiagnosis?

Baik osteopenia maupun osteoporosis sering kali berkembang tanpa gejala. Oleh karena itu, pemeriksaan kepadatan mineral tulang (Bone Mineral Density/BMD) sangat penting, terutama bagi mereka yang memiliki faktor risiko. Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan metode Dual-Energy X-ray Absorptiometry (DXA/DEXA) pada pinggul dan tulang belakang bagian bawah.

  • Skor T digunakan untuk menentukan tingkat kerusakan tulang. Jika skor T Anda antara -1 hingga -2,5, Anda kemungkinan menderita osteopenia. Sedangkan skor di bawah -2,5 menunjukkan osteoporosis.

Perbandingan Osteopenia vs. Osteoporosis:

Pencegahan dan Pengobatan Osteopenia dan Osteoporosis

Meskipun osteopenia dapat berkembang menjadi osteoporosis, kondisi ini tidaklah tak terhindarkan. Berikut adalah beberapa cara untuk menjaga kesehatan tulang dan mencegah perkembangan osteopenia menjadi osteoporosis:

  1. Asupan Kalsium dan Vitamin D: Pastikan Anda mengonsumsi cukup kalsium dan vitamin D untuk menjaga kepadatan tulang.
  2. Olahraga: Aktivitas fisik, terutama olahraga yang melibatkan beban tubuh seperti berjalan, lari, atau angkat beban, dapat membantu memperkuat tulang.
  3. Hindari Kebiasaan Merokok dan Konsumsi Alkohol Berlebih: Kebiasaan buruk ini dapat mempercepat penurunan kepadatan tulang.
  4. Obat-obatan: Dalam beberapa kasus, dokter mungkin meresepkan obat untuk memperlambat penurunan kepadatan tulang atau bahkan membantu membangun kembali massa tulang yang hilang.

Osteopenia dan osteoporosis adalah kondisi yang berhubungan dengan penurunan kepadatan tulang. Osteopenia merupakan tahap awal, sementara osteoporosis adalah kondisi yang lebih parah dan berisiko menyebabkan patah tulang. Melakukan tindakan pencegahan, seperti menjaga asupan nutrisi, rutin berolahraga, serta melakukan pemeriksaan kepadatan tulang, adalah langkah penting untuk mencegah dan mengatasi kedua kondisi ini. Dengan penanganan yang tepat, kesehatan tulang dapat dipertahankan dalam jangka waktu yang lama.

 

Referensi:

Medical News Today. Osteopenia vs osteoporosis: what’s the difference? [Internet]. 2024 [cited 2024 Oct 17]. Available from: https://www.medicalnewstoday.com/articles/osteopenia-vs-osteoporosis#treatment 

WebMD. Osteopenia: early signs of bone loss [Internet]. 2024 [cited 2024 Oct 17]. Available from: https://www.webmd.com/osteoporosis/osteopenia-early-signs-of-bone-loss 

Healthline. Osteopenia vs osteoporosis: what’s the difference? [Internet]. 2024 [cited 2024 Oct 17]. Available from: https://www.healthline.com/health/osteoarthritis/osteopenia-vs-osteoporosis#diagnosis 

 

10 Cara Menjaga Kesehatan Tulang Agar Terhindar dari Osteoporosis

Tulang memiliki peran penting dalam menopang tubuh, melindungi organ vital, dan memungkinkan pergerakan. Namun, seiring bertambahnya usia, tulang bisa kehilangan kepadatan, sehingga menjadi rentan terhadap penyakit seperti osteoporosis. Oleh karena itu, menjaga kesehatan tulang sejak dini sangat penting agar tetap kuat dan padat hingga usia lanjut. Berikut adalah 10 langkah yang dapat Anda lakukan untuk menjaga kesehatan tulang:

Konsumsi Sayuran Kaya Nutrisi

Sayuran, khususnya yang tinggi vitamin C, baik untuk pembentukan tulang. Vitamin C berperan dalam produksi kolagen, komponen utama tulang, sekaligus sebagai antioksidan yang melindungi tulang dari radikal bebas. Beberapa sayuran yang kaya vitamin C adalah brokoli, bayam, dan paprika.

Penuhi Asupan Kalsium Harian

Kalsium adalah komponen utama pembentuk tulang. Untuk memenuhi kebutuhan harian, konsumsi makanan tinggi kalsium seperti susu, keju, yoghurt, dan tahu. Pastikan Anda mendapatkan setidaknya tiga porsi makanan kaya kalsium setiap hari, yang bisa mencakup susu rendah lemak atau produk susu lainnya, yang memberikan manfaat kalsium tanpa menambah kalori berlebih.

Tingkatkan Asupan Vitamin D

Vitamin D membantu penyerapan kalsium dan mendukung proses pembentukan tulang. Vitamin D dapat diperoleh dari paparan sinar matahari pagi, namun makanan seperti ikan salmon, ikan sarden, kuning telur, dan jamur tiram juga mengandung vitamin D. Usahakan untuk mendapatkan sinar matahari di pagi hari selama 15-20 menit setiap harinya.

Konsumsi Makanan yang Kaya Vitamin K

Vitamin K, terutama K2, berperan penting dalam mengurangi kehilangan kalsium dan membantu kalsium terikat kuat pada tulang. Makanan kaya vitamin K2 meliputi keju, natto (produk fermentasi kedelai), dan sayuran berdaun hijau seperti bayam dan kangkung. Mengonsumsi makanan ini secara rutin dapat membantu menjaga kesehatan tulang.

Perbanyak Asupan Protein

Protein berperan dalam membangun dan menjaga kepadatan tulang. Studi menunjukkan bahwa asupan protein yang cukup, terutama protein hewani, berkaitan dengan massa tulang yang lebih padat. Sumber protein terbaik untuk tulang meliputi daging tanpa lemak, ikan, telur, dan produk susu. Jika Anda memilih protein nabati, pastikan mencukupinya dengan variasi pangan lainnya.

Jaga Berat Badan Ideal

Mempertahankan berat badan ideal penting untuk kesehatan tulang. Berat badan yang terlalu rendah dapat menyebabkan tulang menjadi rapuh, sementara kelebihan berat badan memberi tekanan ekstra pada tulang, khususnya tulang belakang dan lutut. Konsultasikan dengan dokter atau ahli gizi untuk mengetahui berat badan yang ideal dan bagaimana cara mencapainya.

Lakukan Olahraga Teratur

Berolahraga, terutama latihan beban dan olahraga yang melibatkan pergerakan tubuh, dapat meningkatkan kekuatan dan kepadatan tulang. Jalan cepat, jogging, angkat beban, atau latihan beban tubuh adalah pilihan baik untuk menjaga kesehatan tulang. Dengan berolahraga secara teratur, risiko osteoporosis dapat berkurang, serta meningkatkan kekuatan otot dan keseimbangan.

Perbanyak Asupan Omega-3

Asam lemak omega-3 memiliki efek positif pada kesehatan tulang dan membantu mengurangi peradangan yang dapat melemahkan tulang. Sumber omega-3 terbaik adalah ikan seperti salmon dan kembung, kacang-kacangan, serta biji-bijian. Mengonsumsi omega-3 secara rutin bisa membantu mempertahankan kepadatan tulang dan melindunginya dari kerusakan.

Hentikan Kebiasaan Merokok

Merokok dapat mengganggu proses regenerasi sel tulang dan mempercepat hilangnya kepadatan tulang, membuat tulang lebih rapuh. Berhenti merokok adalah langkah terbaik untuk menjaga kesehatan tulang dan mengurangi risiko osteoporosis. Anda bisa berkonsultasi dengan dokter atau apoteker mengenai program berhenti merokok yang cocok.

Batasi Konsumsi Alkohol

Mengonsumsi alkohol secara berlebihan bisa melemahkan tulang dan meningkatkan risiko patah tulang akibat osteoporosis. Batasi konsumsi alkohol maksimal 10 minuman per minggu, dan hindari konsumsi setiap hari agar tubuh, terutama tulang, tetap sehat dan kuat.

Menjaga kesehatan tulang bukan hanya soal kalsium, tapi juga mencakup berbagai pola hidup sehat. Dengan mengikuti langkah-langkah di atas, Anda bisa memperkuat tulang, menurunkan risiko osteoporosis, dan menikmati hidup sehat hingga usia lanjut.

 

Referensi:

Kementerian Kesehatan RI. Menjaga tulang sehat sejak dini [Internet]. 2024 [cited 2024 Oct 28]. Available from: https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1860/menjaga-tulang-sehat-sejak-dini 

Healthdirect Australia. Healthy bones [Internet]. 2024 [cited 2024 Oct 28]. Available from: https://www.healthdirect.gov.au/healthy-bones 

Medical News Today. What vitamins are good for bones? [Internet]. 2024 [cited 2024 Oct 28]. Available from: https://www.medicalnewstoday.com/articles/325903#vitamins 

9 Tips Mencegah Osteoporosis, Agar Tulang Sehat Kuat!

Mencegah Osteoporosis: Langkah-Langkah untuk Menjaga Kesehatan Tulang

Osteoporosis adalah kondisi yang menyebabkan penurunan kepadatan dan massa tulang, yang berujung pada risiko tulang rapuh dan patah. Penyakit ini sering berkembang tanpa gejala hingga tulang mengalami fraktur. Menurut data World Health Organization (WHO), osteoporosis merupakan salah satu dari 10 penyakit degeneratif utama di dunia, dengan sekitar 200 juta orang mengalaminya. Di Indonesia, prevalensi osteoporosis cukup tinggi. Perhimpunan Osteoporosis Indonesia (Perosi) mencatat, 19,7% penduduk Indonesia berisiko mengalami osteoporosis, sementara Kementerian Kesehatan memperkirakan angka ini sekitar 10,3%. Dua dari lima penduduk Indonesia berisiko terkena penyakit ini.

Apa Itu Osteoporosis?

Osteoporosis terjadi ketika tulang kehilangan massa dan kepadatannya, yang menyebabkan tulang menjadi lemah dan rentan patah. Penurunan ini dapat dipicu oleh berbagai faktor, termasuk usia, kekurangan nutrisi, kurangnya aktivitas fisik, hingga gaya hidup yang tidak sehat. Osteoporosis dapat menyebabkan komplikasi serius, seperti patah tulang yang memicu perdarahan, emboli, hingga cedera kepala yang bisa berakibat fatal.

Cara Mencegah Osteoporosis

Pencegahan osteoporosis bisa dimulai sejak usia dini dengan menjaga pola makan sehat, berolahraga secara rutin, dan menjalani gaya hidup yang sehat. Berikut adalah beberapa langkah yang bisa diambil untuk mencegah osteoporosis:

1. Konsumsi Cukup Kalsium

Kalsium adalah mineral penting yang dibutuhkan untuk membangun dan mempertahankan tulang yang kuat. Tubuh tidak dapat memproduksi kalsium sendiri, sehingga kita harus mendapatkannya melalui makanan atau suplemen. Beberapa sumber kalsium yang baik termasuk susu, yogurt, keju, almond, tahu, serta produk yang difortifikasi seperti jus atau susu non-susu.

Rekomendasi Asupan Kalsium:

  • Anak usia 1-3 tahun membutuhkan 700 mg kalsium per hari.
  • Remaja usia 9-18 tahun membutuhkan 1.300 mg kalsium per hari.
  • Orang dewasa 19-50 tahun membutuhkan 1.000 mg per hari (kecuali wanita hamil atau menyusui yang memerlukan jumlah lebih).

2. Cukupi Asupan Vitamin D

Vitamin D berperan penting dalam penyerapan kalsium. Kekurangan vitamin D dapat menyebabkan tulang melemah dan meningkatkan risiko osteoporosis. Sumber vitamin D bisa didapatkan dari makanan seperti minyak ikan, kuning telur, hati, dan sereal yang diperkaya.

Vitamin D juga dapat diproduksi tubuh secara alami ketika terpapar sinar matahari. Namun, paparan sinar matahari tidak selalu merupakan solusi praktis, terutama di daerah yang memiliki iklim musim dingin. Meski begitu, perlu diingat bahwa paparan sinar matahari harus dibatasi untuk mengurangi risiko kanker kulit. Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan tabir surya tidak menyebabkan penurunan kadar vitamin D dalam tubuh, sehingga anak-anak masih bisa bermain di luar dengan aman. 

Rekomendasi Asupan Vitamin D:

  • 0-12 bulan: Laki-laki dan perempuan: 10 mcg (400 IU)
  • 1-13 tahun: Laki-laki dan perempuan: 15 mcg (600 IU)
  • 14-18 tahun:Laki-laki, perempuan, hamil, menyusui: 15 mcg (600 IU)
  • 19-50 tahun: Laki-laki, perempuan, hamil, menyusui: 15 mcg (600 IU)
  • 51-70 tahun: Laki-laki dan perempuan: 15 mcg (600 IU)
  • Lebih dari 70 tahun: Laki-laki dan perempuan: 20 mcg (800 IU)

3. Asupan Protein yang Cukup

Protein adalah komponen penting untuk menjaga massa otot dan tulang seiring bertambahnya usia. Dokter sering menyarankan asupan protein lebih dari 0,8 gram per kilogram berat badan (g/kg) untuk orang dewasa, terutama mereka yang sudah mengalami osteoporosis. Sumber protein meliputi ikan, unggas, telur, kacang-kacangan, dan biji-bijian.

4. Menjaga Berat Badan Ideal

Berat badan yang terlalu rendah (BMI di bawah 19) dapat memengaruhi kesehatan tulang. Sebaliknya, obesitas visceral (lemak di sekitar organ perut) juga dikaitkan dengan kepadatan tulang yang lebih rendah. Menjaga berat badan ideal adalah bagian penting dari upaya pencegahan osteoporosis.

5. Rutin Berolahraga

Latihan menahan beban, seperti berjalan, mendaki, naik tangga, lari, dan angkat beban, adalah cara efektif untuk menjaga kepadatan tulang. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa olahraga dapat meningkatkan kepadatan tulang, khususnya di tulang belakang lumbar (Pinggang) dan pinggul, yang rentan terhadap patah tulang akibat osteoporosis.

6. Hindari Merokok dan Alkohol Berlebih

Merokok adalah salah satu faktor utama yang mempercepat pengeroposan tulang. Berhenti merokok dapat membantu mencegah osteoporosis. Selain itu, konsumsi alkohol yang berlebihan dapat melemahkan tulang dan meningkatkan risiko jatuh yang berujung patah tulang. Batasi konsumsi alkohol hingga satu gelas per hari untuk wanita dan dua gelas per hari untuk pria.

Pencegahan Jatuh pada Lansia

Orang tua berisiko tinggi mengalami patah tulang akibat osteoporosis. Oleh karena itu, pencegahan jatuh menjadi sangat penting. Beberapa langkah yang bisa diambil antara lain:

  1. Melakukan latihan untuk meningkatkan keseimbangan dan kekuatan otot.
  2. Mengamankan lingkungan di rumah, seperti menggunakan pegangan tangan, meningkatkan pencahayaan, dan menjaga kebersihan agar tidak mudah tersandung.
  3. Menggunakan alat bantu seperti tongkat jika diperlukan.

Penilaian Kesehatan Tulang

Tes kepadatan tulang dapat membantu mendiagnosis osteoporosis atau osteopenia (kondisi awal dari osteoporosis). Dengan melakukan tes ini, seseorang bisa mengetahui risiko osteoporosis lebih dini dan mengambil langkah-langkah untuk mencegah kondisi semakin buruk.

Kesimpulan

Osteoporosis adalah penyakit yang serius, tetapi dapat dicegah dan dikendalikan dengan gaya hidup sehat. Asupan nutrisi yang cukup, aktivitas fisik, serta menghindari kebiasaan buruk seperti merokok dan minum alkohol berlebihan dapat membantu menjaga tulang tetap kuat. Selain itu, pemeriksaan kesehatan tulang secara rutin sangat penting untuk mendeteksi dini dan mencegah komplikasi akibat osteoporosis.

Tetaplah aktif, perhatikan asupan nutrisi, dan jangan abaikan kesehatan tulang Anda. Mencegah osteoporosis adalah investasi jangka panjang untuk menjaga kualitas hidup di usia tua.

 

Referensi:

Medical News Today. How to prevent osteoporosis [Internet]. 2024 [cited 2024 Oct 10]. Available from: https://www.medicalnewstoday.com/articles/how-to-prevent-osteoporosis#summary 

International Osteoporosis Foundation. Prevention of osteoporosis [Internet]. 2024 [cited 2024 Oct 10]. Available from: https://www.osteoporosis.foundation/patients/prevention 

Universitas Negeri Surabaya (UNESA). Ratusan juta orang berisiko kena osteoporosis, begini langkah pencegahannya ala dosen UNESA [Internet]. 2024 [cited 2024 Oct 10]. Available from: https://www.unesa.ac.id/ratusan-juta-orang-berisiko-kena-osteoporosis-begini-langkah-pencegahannya-ala-dosen-unesa 

Office of Dietary Supplements, National Institutes of Health. Calcium – Health Professional Fact Sheet [Internet]. 2024 [cited 2024 Oct 10]. Available from: https://ods.od.nih.gov/factsheets/Calcium-HealthProfessional/

Office of Dietary Supplements, National Institutes of Health. Vitamin D – Health Professional Fact Sheet [Internet]. 2024 [cited 2024 Oct 7]. Available from: https://ods.od.nih.gov/factsheets/VitaminD-HealthProfessional/

Neale RE, Khan SR, Lucas RM, Waterhouse M, Whiteman DC, Olsen CM. The effect of sunscreen on vitamin D: a review. Br J Dermatol. 2019 Nov;181(5):907-915. doi: 10.1111/bjd.17980. Epub 2019 Jul 9. PMID: 30945275.

Amankah Pengidap Penyakit Ginjal Meminum Kopi?

Di Indonesia, popularitas minuman kopi terus meningkat, terutama di kota-kota besar. Saat ini, kopi semakin menjadi favorit di kalangan dewasa muda. Beberapa faktor yang mempengaruhi hal ini termasuk tuntutan pekerjaan, gaya hidup, kurang tidur, serta ketergantungan pada kopi sebagai sumber energi yang mudah diperoleh. Namun, ketika seseorang didiagnosis dengan penyakit ginjal, mereka sering kali bertanya-tanya: “Apakah saya perlu berhenti minum kopi?” Artikel ini membahas tentang pengidap penyakit ginjal meminum kopi apakah aman? serta memberikan panduan bagi mereka yang memiliki kondisi ini.

Secara umum, pengidap penyakit ginjal tidak perlu sepenuhnya menghindari kopi, tetapi mereka harus lebih berhati-hati dengan jumlah yang diminum dan bahan tambahan yang digunakan. Kopi hitam, misalnya, dianggap sebagai pilihan terbaik karena tidak mengandung tambahan fosfor dan kalium yang berlebihan, dua nutrisi yang harus dibatasi pada pengidap penyakit ginjal.

Kalium adalah salah satu elektrolit yang harus diperhatikan bagi pengidap penyakit ginjal. Ginjal yang tidak berfungsi dengan baik sering kali kesulitan menjaga keseimbangan kadar kalium dalam tubuh. Kopi, meskipun tidak terlalu tinggi kalium, dapat menjadi sumber tambahan elektrolit ini jika diminum dalam jumlah besar.

Dalam satu cangkir kopi, terdapat sekitar 49 mg kalium. Konsumsi lebih dari tiga cangkir kopi sehari bisa berkontribusi terhadap tingginya kadar kalium dalam tubuh. 

Tips Menikmati Kopi Bagi Pengidap Penyakit Ginjal

  1. Konsumsi Secukupnya
    Batasi konsumsi kopi tidak lebih dari tiga cangkir sehari (sekitar 532-710 ml). 
  2. Perhatikan Tambahan Krimer dan Gula
    Beberapa orang suka menambahkan krimer atau gula ke dalam kopi mereka. Namun, bagi pengidap penyakit ginjal, ini dapat menjadi masalah. Krimer sering kali mengandung fosfor dan kalium yang tinggi, sehingga sebaiknya dihindari. Gula juga perlu dibatasi, terutama jika Anda juga memiliki diabetes, yang sering kali menjadi penyebab penyakit ginjal. Jika memungkinkan, minumlah kopi hitam tanpa tambahan krimer atau gula.
  3. Pertimbangkan Kopi Decaf
    Jika Anda ingin mengurangi kafein tetapi tetap menikmati rutinitas minum kopi, kopi decaf (tanpa kafein) bisa menjadi alternatif yang baik. Teh hitam atau hijau juga bisa menjadi pilihan dengan kandungan kafein dan kalium yang lebih rendah.
  4. Konsultasikan dengan Ahli Gizi
    Setiap orang memiliki kondisi kesehatan yang berbeda, sehingga penting untuk berkonsultasi dengan ahli gizi atau dokter terkait batasan dalam minum kopi. Mereka dapat memberikan saran yang disesuaikan dengan kondisi kesehatan ginjal Anda. 

Jika Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut tentang konsumsi kopi dan kesehatan ginjal, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan ahli gizi atau dokter. Tinggalkan komentar di bawah jika Anda ingin berbagi pengalaman atau informasi tambahan!

 

Referensi:

National Kidney Foundation. Coffee and kidney disease: is it safe? [Internet]. 2024 [cited 2024 Oct 7]. Available from: https://www.kidney.org/news-stories/coffee-and-kidney-disease-it-safe 

D’Apolonia G, Miller M, Cheng T, et al. Coffee consumption and risk of chronic kidney disease: results from the Atherosclerosis Risk in Communities Study. [Internet]. 2024 [cited 2024 Oct 7]. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6057809/ 

Centers for Kidney Care. Top 8 best drinks for people with kidney disease [Internet]. 2024 [cited 2024 Oct 11]. Available from: https://cfkc.org/post/top-8-best-drinks-for-people-with-kidney-disease 

Verywell Health. What is coffee’s effect on the kidneys? [Internet]. 2024 [cited 2024 Oct 17]. Available from: https://www.verywellhealth.com/what-is-coffees-effect-on-the-kidneys-4147536

 

Waspadai Flu Singapura (HFMD) pada Anak

Hand, Foot, and Mouth Disease (HFMD) atau lebih dikenal sebagai Flu Singapura di Indonesia adalah penyakit menular yang sering menyerang anak-anak, terutama mereka yang berusia di bawah 5 tahun. Penyakit ini disebabkan oleh virus dari kelompok enterovirus, seperti Coxsackievirus A16 (CA16) dan Enterovirus 71 (EV71). Meskipun flu Singapura sering dianggap ringan, infeksi yang disebabkan oleh varian virus EV71 bisa menyebabkan sakit yang lebih parah dan bahkan memicu komplikasi serius.

Dalam beberapa tahun terakhir, kasus Flu Singapura meningkat di beberapa negara Asia, termasuk di Indonesia. Banyak orang tua yang khawatir dengan cepatnya penyebaran penyakit ini, terutama di lingkungan yang padat, seperti sekolah dan tempat penitipan anak.

Gejala Umum Flu Singapura (HFMD)

Sebagian besar anak yang terinfeksi HFMD akan mengalami gejala ringan selama 7 hingga 10 hari. Beberapa gejala umum yang sering terlihat meliputi:

  • Demam yang sering disertai lemas
  • Sakit tenggorokan
  • Luka-luka kecil yang melepuh di bagian dalam mulut, terutama di sekitar lidah dan gusi
  • Ruam atau lepuhan di area telapak tangan dan telapak kaki.

Karena gejalanya mirip dengan penyakit ringan lainnya, banyak orang tua yang kerap mengira penyakit ini adalah sariawan biasa. Padahal, lepuhan di mulut yang diikuti dengan ruam pada tangan dan kaki adalah tanda utama Flu Singapura.

Siapa yang Berisiko Tinggi Terkena Flu Singapura?

Penyakit ini paling sering menyerang anak di bawah 5 tahun, namun tidak menutup kemungkinan terjadi pada usia berapapun, bahkan pada orang dewasa. Di Indonesia, tempat-tempat seperti PAUD, TK, dan penitipan anak sering menjadi lokasi penyebaran utama penyakit ini, karena anak-anak cenderung lebih banyak berinteraksi fisik dengan teman-teman mereka. Karena penyebarannya yang relatif cepat, orang tua juga kerap kali khawatir jika anak-anak mereka tertular saat bermain atau berbagi mainan.

Bagi wanita hamil, penting untuk segera berkonsultasi dengan dokter jika terpapar atau merasakan tanda dan gejala penyakit ini. Meskipun komplikasi akibat HFMD jarang terjadi selama kehamilan, lebih baik tetap waspada.

Cara Penularan Flu Singapura

Beberapa cara penularan penyakit ini, meliputi:

  • Kontak langsung dengan cairan tubuh dari penderita, seperti tetesan air liur saat bersin atau batuk.
  • Menyentuh permukaan yang terkontaminasi, seperti mainan, gagang pintu, atau barang-barang umum lainnya.
  • Cairan dari lepuhan di kulit penderita.
  • Kontak dengan kotoran penderita, terutama pada anak-anak yang belum mandiri dalam toilet training.

Anak-anak sering kali lupa untuk mencuci tangan setelah bermain atau sebelum makan. Kebiasaan ini menjadi salah satu penyebab umum penyebaran virus HFMD.

Tips Pencegahan

Kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sering kali diabaikan, terutama di lingkungan anak-anak. Untuk mencegah penularan HFMD, beberapa langkah yang bisa diterapkan orang tua di rumah adalah:

  • Mencuci tangan secara rutin dengan sabun selama minimal 20 detik, terutama setelah mengganti popok, menggunakan toilet, batuk, atau bersin.
  • Membersihkan dan mendisinfeksi mainan, alat makan, dan benda-benda yang sering disentuh anak, seperti gagang pintu dan permukaan meja.
  • Menghindari kontak langsung dengan penderita HFMD, seperti mencium atau memeluk mereka.
  • Mengajarkan anak untuk tidak menyentuh wajah dengan tangan yang belum dicuci, terutama di area mata, hidung, dan mulut.
  • Memakai masker jika sakit, atau berada di lingkungan luar.

Di Indonesia, kebiasaan berbagi makanan juga umum dilakukan, terutama di acara-acara keluarga. Penting untuk mengajarkan anak untuk tidak berbagi makanan atau minuman ketika ada yang sedang sakit.

Cara Mengobati HFMD di Rumah

Kebanyakan anak yang terkena HFMD bisa sembuh dengan sendirinya tanpa perawatan medis khusus, kecuali pada sakit yang berat. Beberapa cara yang bisa dilakukan di rumah untuk mempercepat pemulihan adalah:

  • Memberikan obat penurun demam yang aman untuk anak, seperti paracetamol, untuk meredakan gejala demam dan nyeri di mulut. Hindari pemberian aspirin pada anak-anak.
  • Menjaga hidrasi anak agar tidak dehidrasi, terutama jika mereka kesulitan makan atau minum akibat luka di mulut. Cairan seperti air putih, susu, atau kuah kaldu bisa membantu menjaga hidrasi anak.

 

Referensi:

World Health Organization. Regional Office for the Western Pacific. A guide to clinical management and public health response for hand, foot and mouth disease (HFMD). Manila: WHO Regional Office for the Western Pacific; 2011. p. 1. Available from: https://iris.who.int/handle/10665/207490

Centers for Disease Control and Prevention. Hand, Foot, and Mouth Disease (HFMD) [Internet]. [cited 2024 Oct 4]. Available from: https://www.cdc.gov/hand-foot-mouth/about/index.html.

Penyakit yang Berhubungan dengan Gangguan Pada Saraf Otak

Saraf otak merupakan jaringan yang kompleks dan memiliki fungsi tak tergantikan. Dari penglihatan, penciuman, berjalan, hingga berbicara, semuanya diatur oleh sistem saraf otak. Namun sistem saraf otak tidak bekerja sendiri karena saling berhubungan dengan beberapa bagian terpenting di tubuh, yaitu sumsum tulang belakang, saraf-saraf tepi yang berhubungan, organ indera ataupun otot.

Sistem saraf otak secara keseluruhan bertanggung jawab atas banyak fungsi penting dalam tubuh, seperti ingatan, persepsi, bahasa, gerakan, menelan, bernapas, bahkan fungsi usus dan kandung kemih. Namun, ketika ada masalah pada saraf otak, kondisi itu dapat menyebabkan gangguan neurologis yang menyebabkan seseorang dapat

mengalami kesulitan bergerak, berbicara dan gangguan fungsi lainnya.

Kondisi yang Dapat Berhubungan dengan Gangguan Saraf Otak

Untuk itu sangatlah penting untuk mengetahui kondisi yang dapat menyebabkan gangguan saraf otak. Dengan begitu, dokter dapat melakukan diagnosis dan pengobatan yang tepat. Berikut ini beberapa kondisi yang dapat berhubungan dengan gangguan saraf otak:

1.   Sakit kepala

Sakit kepala merupakan salah satu jenis gangguan saraf otak yang paling umum dan dapat menyerang siapa saja pada usia berapapun. Meskipun sakit kepala merupakan gejala yang sangat umum terjadi, umumnya mayoritas sakit kepala tidak berhubungan dengan gangguan saraf otak yang serius. Jika sakit kepala datang secara tiba-tiba dan terjadi berulang kali, kamu harus segera menemui dokter, karena bisa jadi sakit kepala tersebut disebabkan oleh suatu gangguan yang lebih serius dan perlu dievaluasi lebih lanjut.

2.   Epilepsi dan kejang

Salah satu jenis gangguan saraf otak lainnya yaitu epilepsi dan kejang. Epilepsi merupakan kondisi dimana adanya aktivitas listrik yang abnormal di otak yang menyebabkan kejang. Kondisi tersebut dapat terjadi pada usia berapa pun, tapi biasanya dimulai pada masa kanak-kanak atau pada orang berusia di atas 60 tahun.

Sebagian besar kasus epilepsi tidak memiliki penyebab yang dapat diidentifikasi. Namun, kejang terkadang terjadi sebagai akibat dari beberapa kondisi berikut:

  • Stroke
  • Tumor otak
  • Infeksi otak
  • Cedera kepala yang berat
  • Penyalahgunaan narkoba atau alkohol
  • Kekurangan oksigen saat

3.   Stroke

Gangguan saraf otak berikutnya yang cukup sering dijumpai adalah stroke. Stroke terjadi ketika suplai darah ke bagian otak terputus. Tanpa suplai darah yang cukup,

sel-sel otak di area yang terdampak akan mengalami kekurangan oksigen. Selain itu, otak kekurangan nutrisi penting yang dibutuhkan untuk berfungsi dan bertahan hidup.

Ada dua jenis stroke:

  • Stroke iskemik, akibat gumpalan darah di dalam pembuluh darah yang memasok
  • Stroke hemoragik, akibat pecahnya pembuluh darah di dalam

Pada kedua jenis stroke tersebut, dampaknya adalah kematian pada sel-sel saraf di bagian otak yang mengalami gangguan aliran darah. Alhasil, sistem saraf otak tidak dapat menjalankan fungsi vitalnya lagi.

4.   Sklerosis lateral amiotrofik

Ini adalah salah satu kondisi neuromuskuler yang langka, yang dapat memengaruhi sel saraf otak dan sumsum tulang belakang. Hingga saat ini belum diketahui secara pasti penyebabnya, tapi faktor risiko yang dicurigai adalah faktor genetik dan lingkungan.

Penderita sklerosis lateral amiotrofik ini akan mengalami kelumpuhan secara bertahap sehingga dapat menyebabkan disabilitas hingga kematian.

5.   Demensia, termasuk Penyakit Alzheimer

Kehilangan memori atau menurunnya kemampuan untuk mengingat merupakan keluhan umum yang sering dialami lansia. Penurunan fungsi memori merupakan bagian normal dari penuaan.

Namun, ada tanda-tanda tertentu yang dapat mengindikasikan kondisi yang lebih serius, yang dikenal dengan istilah demensia, di mana salah satunya adalah penyakit Alzheimer. Gejala-gejalanya dapat berupa:

  • Tersesat
  • Kesulitan mengelola keuangan
  • Kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari
  • Pelupa
  • Bermasalah dalam berbicara dan

Demensia adalah suatu kondisi yang lambat namun bersifat progresif harus dievaluasi oleh dokter spesialis saraf. Meskipun belum ada obat yang benar-benar terbukti efektif untuk menyembuhkan demensia, terdapat metode perawatan dan pengobatan tertentu yang dapat membantu mengurangi gejala dan membatasi progresivitas penyakit ini.

Itu dia penjelasan mengenai penyakit yang berhubungan dengan gangguan saraf otak. Anda bisa mencari informasi seputar kesehatan lainnya di artikel Website Sahabat KECC

 

Referensi:

Johns Hopkins Medicine. Brain Anatomy and How the Brain Works

Banner Health. 6 Neurological Conditions and Symptoms You Should Look Out For Medical News Today. 5 different neurological disorders and their symptoms

11 Tips Menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut Agar Tetap Sehat

Gigi dan mulut merupakan salah satu organ yang berperan penting bagi kesehatan tubuh secara menyeluruh. Jika kesehatan gigi dan mulut tidak dijaga, risiko terhadap penyakit atau masalah kesehatan lainnya akan meningkat. Lalu, bagaimana cara menjaga kesehatan gigi dan mulut? Simak tipsnya disini.

Tips Menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut

Berikut ini adalah beberapa cara menjaga kesehatan gigi dan mulut yang bisa Anda lakukan:

  1. Kurangi konsumsi makanan dan minuman yang manis

Membatasi konsumsi makanan dan minuman manis dapat mencegah gigi berlubang. Alasannya, makanan dan minuman manis mengandung gula, yang akan digunakan oleh bakteri dalam mulut untuk membentuk asam, yang akan merusak gigi. Jika dibiarkan, maka akan menyebabkan gigi keropos dan berlubang. Contoh makanan dan minuman yang harus dibatasi antara lain biskuit, kue, roti, minuman manis, berenergi dan bersoda.

  1. Pilih sikat gigi yang tepat

Saat memilih sikat gigi, pilihlah bulu sikat yang lembut sehingga nyaman digunakan dan lebih aman untuk gusi. Selain itu, pastikan bulu sikat gigi memiliki ujung yang kecil membulat. Jika sudah 3 bulan digunakan, sebaiknya Anda mengganti sikat gigi tersebut.

Anda juga harus memperhatikan cara menyikat gigi, karena hal ini juga menentukan kesehatan gigi dan mulut. Disarankan untuk menggosok gigi dengan gerakan memutar dan tidak terlalu menekan gigi. Anda disarankan juga untuk menggosok gigi dan lidah secara keseluruhan selama 2 menit.

  1. Melakukan flossing

Setelah menggosok gigi, Anda juga bisa menjaga kesehatan gigi dan mulut dengan melakukan flossing. Flossing adalah membersihkan gigi menggunakan benang gigi yang dilakukan untuk membersihkan kotoran yang tidak terjangkau oleh sikat gigi. Flossing perlu dilakukan setiap sehari sekali, agar gigi dan mulut terjaga kebersihannya.

Cara melakukan flossing, adalah gunakan benang gigi dengan melilitkan salah satu ujung benang menggunakan benang di jari telunjuk tangan kanan dan ujung benang lain di jari telunjuk tangan kiri. Kemudian, jepit kedua ujung benang dengan jari telunjuk dan ibu jari dan biarkan benang tetap tegang, lalu bersihkan sela gigi satu per satu dengan benang tersebut.

  1. Gunakan obat kumur

Kesehatan gigi dan mulut semakin terjaga dengan menggunakan obat kumur setelah makan atau sebelum tidur malam. Hal ini dikarenakan obat kumur bisa membersihkan area gigi dan mulut yang tidak terjangkau oleh sikat gigi atau flossing. Tidak hanya itu, obat kumur juga bisa mengurangi risiko gigi dan mulut terkena gangguan lain seperti gigi kuning, bau mulut, radang gusi dan plak gigi.

Cara berkumur dengan benar, sikatlah gigi Anda terlebih dahulu agar tidak menghambat kerja bahan aktif dalam obat kumur. Setelah itu, tuangkan obat kumur ke dalam tutup botol obat kumur. Berkumurlah selama 1 menit dan keluarkan dari mulut.

  1. Melakukan oil pulling

Cara menjaga kesehatan gigi dan mulut selanjutnya adalah melakukan oil pulling. Cara ini bisa mengurangi penumpukan plak gigi dan pertumbuhan bakteri di dalam mulut. Caranya, gunakan 1 sendok makan minyak kelapa maupun wijen dan berkumurlah dengan minyak tersebut selama 15-20 menit. Kemudian bilas mulut dengan air bersih dan sikat gigi Anda seperti biasa.

  1. Hentikan kebiasaan merokok

Kandungan tar dan nikotin di dalam rokok bisa membuat gigi rapuh, mudah patah dan ada perubahan warna. Kerugian lainnya, merokok juga meningkatkan risiko terkena kanker mulut. Karena itu, penting sekali untuk menghentikan kebiasaan merokok.

  1. Berhenti mengonsumsi alkohol

Mengonsumsi alkohol terlalu sering dapat menyebabkan mulut menjadi kering. Tidak hanya itu, orang yang ketergantungan alkohol juga lebih rentan mengalami kerusakan gigi karena memicu perkembangbiakan bakteri di mulut dan penumpukan plak gigi. Hal ini menyebabkan risiko gigi berlubang dan ompong secara permanen.

  1. Mengunyah permen karet yang bebas gula.

Ternyata mengunyah permen karet bebas gula bisa meningkatkan kesehatan gigi dan mulut. Alasannya, mengunya permen karet bebas gula membantu meningkatkan produksi air liur dalam mulut. Air liur bermanfaat untuk menetralkan dan menghilangkan asam yang dihasilkan saat bakteri dalam plak gigi mengurai sisa-sisa makanan.

  1. Mengonsumsi makanan sehat dan bergizi

Mengonsumsi makanan bergizi seperti sayuran, buah-buahan, protein hewani dan nabati bisa memberikan vitamin dan mineral yang dibutuhkan untuk kesehatan gigi dan mulut. Menurut Clinical Oral Investigations kandungan omega 3 dari ikan dan makanan laut memiliki sifat anti inflamasi yang bisa menurunkan risiko penyakit gusi.

  1. Batasi konsumsi makanan atau minuman yang manis dan asam

Mengonsumsi makanan manis mengandung gula bisa diubah menjadi asam oleh bakteri mulut sehingga menggerogoti enamel gigi. Sedangkan mengonsumsi makanan yang asam bisa meningkatkan risiko karies atau gigi berlubang. Karena itu, perlu sekali untuk membatasi mengonsumsi makanan atau minuman manis dan asam setiap harinya.

  1. Konsultasi ke dokter gigi secara rutin

Anda disarankan untuk memeriksa kesehatan gigi dan mulut ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali. Hal ini dilakukan untuk mendeteksi lebih awal jika ada masalah pada gusi, gigi maupun rongga mulut.

Itu dia tips menjaga kesehatan gigi dan mulut yang bisa Anda lakukan. Tetap menjaga kesehatan gigi dan mulut dengan tips yang sudah diinfokan tadi. Jangan lupa juga untuk mencari informasi kesehatan terkini di Website Sahabat KECC.

 

Referensi:

Bhatnagar D. M. (2021). Oral Health: A Gateway to Overall Health. Contemporary Clinical Dentistry, 12(3), pp. 211–212.

Centers for Disease Control and Prevention (2024). What Can Adults Do to Maintain Good Oral Health?

Better Health Channel Australia (2022). Teeth and Mouth Care.

U.S. Department of Health and Human Service. Office of Disease Prevention and Health (2022). Oral Health for Older Adults: Quick tips.

National Health Service UK (2022). Take care of your teeth and gums.Mayo Clinic (2021). Oral health: A Window to Your Overall Health.

Gunnars, K. Healthline (2024). Oil Pulling with Coconut Oil Can Transform Your Dental Health.

Whelan, C. Healthline (2022). The 9 Best Mouthwashes for Whitening, Cavities, Gums, Breath,

and More.

WebMD (2023). What is The Cost of a Deep Teeth Cleaning?

Frisbee, E. WebMD (2021). Choosing a Toothbrush: The Pros and Cons of Electric and Disposable.

Fakta Menarik Seputar Hepatitis yang Wajib Kamu Ketahui

Hepatitis adalah penyakit serius yang menyebabkan peradangan pada hati. Ada lima jenis utama hepatitis, yaitu hepatitis A, B, C, D, dan E. Meskipun umumnya disebabkan oleh virus, penyakit ini juga bisa dipicu oleh konsumsi alkohol, obat-obatan, atau kondisi autoimun. Dalam beberapa kasus, hepatitis dapat berkembang menjadi kronis, yang berdampak negatif pada kesehatan jangka panjang.

Sayangnya, banyak orang masih meremehkan bahaya hepatitis, yang bisa berakibat fatal jika tidak ditangani dengan serius. Oleh karena itu, penting untuk memahami fakta-fakta tentang hepatitis sejak dini agar dapat mengambil langkah pencegahan dan penanganan yang tepat.

  1. Banyak yang Tidak Sadar Terinfeksi Hepatitis

Banyak orang tidak menyadari bahwa mereka telah terinfeksi hepatitis. Hal ini disebabkan oleh gejala hepatitis yang sering kali tidak khas, sehingga sulit untuk dideteksi sejak dini. Gejala awal yang biasanya muncul termasuk demam, flu, nyeri otot, dan kelelahan. Namun, gejala lain yang lebih spesifik mungkin baru akan muncul setelah berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan.

  1. Hepatitis Tidak Selalu Menular Lewat Kebiasaan Berisiko

Sebagian besar orang mengetahui bahwa hepatitis ditularkan melalui perilaku berisiko, seperti hubungan seksual yang tidak aman, penggunaan obat-obatan terlarang, atau tindakan seperti menato tubuh. Namun, tidak semua virus hepatitis menyebar melalui kontak langsung dengan cairan tubuh. Beberapa jenis virus hepatitis dapat menyebar melalui makanan atau air yang terkontaminasi, terutama di daerah dengan sanitasi yang buruk.

  1. Hepatitis Kadang Tidak Menunjukkan Gejala Apapun

Selain tidak memiliki gejala yang jelas, ada juga kondisi di mana hepatitis, terutama hepatitis B dan C, tidak menunjukkan gejala sama sekali. Sering kali, hepatitis B dan C baru terdeteksi setelah menyebabkan komplikasi serius seperti sirosis atau kanker hati.

  1. Tidak Semua Penderita Hepatitis Mengalami Penyakit Kuning

Ada anggapan bahwa semua penderita hepatitis akan mengalami penyakit kuning, namun ini tidak sepenuhnya benar. Pada kasus hepatitis A dan E, jika sistem kekebalan tubuh penderita cukup kuat, penyakit ini dapat sembuh dengan sendirinya tanpa memerlukan perawatan medis, dan penyakit kuning mungkin tidak muncul.

  1. Air dan Makanan Bisa Menjadi Media Penularan Hepatitis

Kebersihan yang buruk dapat meningkatkan risiko tertular hepatitis. Beberapa virus hepatitis dapat menyebar melalui jalur fecal-oral, seperti air minum dan makanan yang terkontaminasi oleh tinja dari orang yang terinfeksi. Oleh karena itu, selalu jaga kebersihan dan pastikan untuk mencuci tangan dengan sabun sebelum makan.

  1. Hepatitis Menyebabkan Kanker Hati

Hepatitis merupakan salah satu penyebab utama kanker hati, yang menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia, merenggut lebih dari 1,3 juta nyawa setiap tahunnya. Hepatitis B dan C sering kali menjadi kronis dan dapat menyebabkan komplikasi serius seperti kanker hati.

  1. Ibu Hamil Wajib Melakukan Tes Hepatitis

Penularan hepatitis B dari ibu ke bayi saat persalinan cukup umum terjadi. Banyak wanita hamil yang tidak melakukan tes hepatitis selama kehamilan, sehingga risiko penularan ke bayi meningkat. Untuk wanita yang sedang hamil atau berencana hamil, penting untuk melakukan tes hepatitis guna mencegah penularan ke bayi yang baru lahir.

  1. Vaksinasi Hepatitis Telah Tersedia

Seiring dengan kemajuan teknologi medis, vaksin untuk beberapa jenis hepatitis, terutama hepatitis A dan B, telah tersedia. Pastikan Kamu dan keluargamu mendapatkan vaksinasi untuk mencegah infeksi hepatitis. Memberikan imunisasi lengkap pada anak-anak juga sangat penting untuk melindungi mereka sejak dini.

Dengan memahami fakta-fakta ini, Kamu dapat lebih waspada dan melakukan langkah-langkah pencegahan yang tepat untuk menghindari hepatitis dan menurunkan risiko penularan penyakit ini.

 

Ditinjau oleh dr. Arina Heidyana

Jenis-jenis Vaksin Penting untuk Orang Dewasa dan Jadwalnya

Tidak hanya anak-anak yang memerlukan imunisasi; orang dewasa juga membutuhkan perlindungan dari berbagai penyakit melalui vaksinasi. Beberapa vaksin yang diberikan sejak kecil mungkin perlu diperbarui seiring bertambahnya usia. Ini karena efektivitas vaksin dapat berkurang seiring waktu, sehingga vaksinasi ulang menjadi penting. Berikut adalah jenis vaksin yang direkomendasikan untuk orang dewasa:

1. Vaksin Influenza

Vaksin influenza sangat dianjurkan bagi orang dewasa, terutama yang sering mengalami flu. Rekomendasi dari Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) menyebutkan vaksin ini sebaiknya diberikan setahun sekali mulai usia 19 tahun hingga lanjut usia.

2. Vaksin Human Papillomavirus (HPV)

Untuk mencegah kanker serviks dan penyakit akibat virus papillomavirus manusia, vaksin HPV dianjurkan. Wanita dari usia 19 hingga 55 tahun dan pria dari usia 19 hingga 26 tahun sebaiknya mendapatkan vaksin ini dalam tiga dosis.

3. Vaksin Cacar Air

Vaksin cacar air direkomendasikan bagi orang dewasa yang belum pernah mengalami cacar air atau belum pernah divaksinasi. Gejala cacar air pada dewasa biasanya lebih parah dibandingkan saat masa anak-anak.

Jadwal pemberian vaksin cacar air bisa sejak usia 19 hingga di atas 65 tahun. Untuk seseorang yang belum pernah menerima vaksin yang mengandung varicella VAR atau MMR sewaktu anak-anak, akan diberikan 2 dosis vaksin varisela dengan jarak 4-8 minggu.

Namun, jika sebelumnya pernah mendapatkan vaksin yang mengandung 1 dosis varicella, maka satu dosis lainnya akan diberikan dengan jarak minimal 4 minggu setelah dosis pertama.

4. Vaksin Hepatitis A

Untuk mencegah hepatitis A yang ditularkan melalui makanan atau minuman terkontaminasi, vaksin hepatitis A diberikan dalam dua dosis dengan jarak enam bulan hingga satu tahun. Vaksin ini penting bagi mereka dengan penyakit liver kronis, terinfeksi HIV, atau yang bepergian ke negara dengan infeksi hepatitis A tinggi.

Berikut adalah beberapa kondisi yang memerlukan vaksinasi hepatitis A:

  • Menderita penyakit liver kronis
  • Terinfeksi HIV
  • Pria yang melakukan hubungan seksual dengan sesama pria
  • Penggunaan narkoba melalui suntikan atau metode lain
  • Bekerja di laboratorium penelitian dengan virus hepatitis A atau dengan primata yang terinfeksi virus tersebut
  • Berpergian ke negara-negara dengan tingkat infeksi hepatitis A yang tinggi atau sedang
  • Kontak erat dengan penderita hepatitis kronis

Vaksin hepatitis A untuk orang dewasa dapat diberikan mulai usia 19 tahun hingga di atas 65 tahun, dengan dua dosis yang diberikan dengan interval 6 bulan hingga 1 tahun.

5. Vaksin Hepatitis B

Hepatitis B, penyakit liver yang ditularkan melalui darah atau cairan tubuh, bisa dicegah dengan vaksin. Pemberian vaksin bisa dimulai sejak usia 19 tahun hingga 65 tahun ke atas. Biasanya, vaksin ini akan diberikan sebanyak 3 dosis, yaitu pada bulan ke-0, ke-1, dan ke-6.

6. Vaksin Tifoid

Vaksin tifoid melindungi dari demam tifoid yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. Biasanya diberikan mulai usia 19 tahun hingga 65 tahun ke atas, dengan satu dosis yang bertahan selama 3 tahun.

7. Vaksin Pneumokokus (PCV)

Melindungi dari pneumonia, vaksin pneumokokus sangat disarankan untuk individu berusia di atas 60 tahun atau dengan sistem kekebalan tubuh lemah.

8. Vaksin Meningitis

Vaksin meningitis penting untuk mencegah infeksi meningitis, terutama jika berencana melakukan perjalanan ke negara dengan risiko tinggi meningitis, seperti saat ibadah haji atau umrah.

Jika kamu berencana bepergian ke negara dengan risiko tinggi atau wabah meningokokus, sangat dianjurkan untuk mendapatkan 1 dosis vaksin MenACWY (Menactra atau Menveo), dengan vaksinasi ulang setiap 5 tahun jika risiko paparan meningitis tetap ada.

9. Vaksin Demam Kuning

Vaksin ini melindungi dari demam kuning, penyakit yang ditularkan oleh nyamuk dan umum di beberapa negara Amerika dan Afrika. Meski tidak ada kasus demam kuning di Indonesia, vaksin ini wajib bagi yang akan bepergian ke negara-negara tersebut.

10. Vaksin Difteri dan Tetanus

Bagi yang belum pernah menerima imunisasi tetanus dan difteri saat kecil, vaksin ini penting untuk melindungi dari dua penyakit yang dapat berbahaya ini. Perbedaan antara vaksin difteri dan tetanus yang diberikan untuk anak dan orang dewasa adalah besar dosis yang diberikan. Vaksin ini juga harus diberikan setiap 10 tahun.

11. Vaksin Japanese Encephalitis (JE)

Vaksin JE diperlukan untuk mencegah radang otak yang disebabkan oleh virus JE, terutama bagi mereka yang tinggal atau sering bepergian ke daerah endemik.

12. Vaksin Herpes Zoster

Herpes zoster atau cacar api disebabkan oleh virus yang sama dengan penyebab cacar air. Vaksin herpes zoster bisa diberikan sebanyak 1 dosis untuk orang dewasa usia 50 hingga 65 tahun ke atas.

13. Vaksin Campak (MR)

Vaksin MR bisa diberikan pada orang dewasa yang belum pernah mendapat vaksinasi lengkap saat kecil, untuk melindungi dari campak dan rubella.

Pemberian vaksin MR pada orang dewasa biasanya tidak diwajibkan, terutama jika sudah mendapatkan vaksinasi lengkap saat masih anak-anak. Namun, jika tidak yakin pernah mendapatkannya saat kecil, tidak ada salahnya untuk menerima vaksin campak saat dewasa.

Pada umumnya, jadwal vaksin campak bagi orang dewasa dimulai dari usia 19 hingga 26 tahun, dengan pemberian 1 atau 2 dosis dengan jeda minimal 28 hari antara dosis.

14. Vaksin Rabies

Vaksin ini diperlukan bagi orang dewasa yang berisiko tinggi terpapar rabies, seperti dokter hewan atau petugas kesehatan yang menangani kasus rabies.

Terdapat dua tipe vaksin rabies, yaitu Profilaksis Pra-Pajanan (PrPP) yang diberikan sebelum seseorang terkena paparan virus rabies, dan Profilaksis Pasca Pajanan (PEP) yang diberikan untuk mencegah rabies setelah seseorang terpapar virus tersebut.

15. Vaksin COVID-19

Sejak 2021, vaksin COVID-19 wajib untuk melindungi dari virus corona. Dua dosis vaksin dengan jarak 14 hingga 28 hari diikuti dengan booster enam bulan setelahnya.

16. Vaksin BCG

Meski vaksin BCG biasanya diberikan pada bayi, orang dewasa yang berisiko tinggi tertular tuberkulosis mungkin memerlukan vaksinasi ulang untuk melindungi diri dari penyakit paru ini.

Vaksinasi menjadi salah satu langkah penting untuk mencegah berbagai penyakit berbahaya. Pastikan kamu mendapatkan vaksinasi yang diperlukan, terutama jika belum pernah menerimanya saat kecil atau berencana bepergian ke daerah endemik.

Jika muncul efek samping setelah vaksinasi, konsultasikan segera dengan dokter melalui layanan kesehatan online atau buat janji untuk pemeriksaan lebih lanjut.

 

Ditinjau Oleh dr. Muhammad Iqbal Ramadhan

Tanggal :
Sahabat KECC
Tentang Event

Bagikan : Sahabat KECC Copied! Sahabat KECC Sahabat KECC
Sahabat KECC