Beranda Rewards
Sahabat KECC Copied! Sahabat KECC Sahabat KECC

Amankah Pengidap Penyakit Ginjal Meminum Kopi?

Di Indonesia, popularitas minuman kopi terus meningkat, terutama di kota-kota besar. Saat ini, kopi semakin menjadi favorit di kalangan dewasa muda. Beberapa faktor yang mempengaruhi hal ini termasuk tuntutan pekerjaan, gaya hidup, kurang tidur, serta ketergantungan pada kopi sebagai sumber energi yang mudah diperoleh. Namun, ketika seseorang didiagnosis dengan penyakit ginjal, mereka sering kali bertanya-tanya: “Apakah saya perlu berhenti minum kopi?” Artikel ini membahas tentang pengidap penyakit ginjal meminum kopi apakah aman? serta memberikan panduan bagi mereka yang memiliki kondisi ini.

Secara umum, pengidap penyakit ginjal tidak perlu sepenuhnya menghindari kopi, tetapi mereka harus lebih berhati-hati dengan jumlah yang diminum dan bahan tambahan yang digunakan. Kopi hitam, misalnya, dianggap sebagai pilihan terbaik karena tidak mengandung tambahan fosfor dan kalium yang berlebihan, dua nutrisi yang harus dibatasi pada pengidap penyakit ginjal.

Kalium adalah salah satu elektrolit yang harus diperhatikan bagi pengidap penyakit ginjal. Ginjal yang tidak berfungsi dengan baik sering kali kesulitan menjaga keseimbangan kadar kalium dalam tubuh. Kopi, meskipun tidak terlalu tinggi kalium, dapat menjadi sumber tambahan elektrolit ini jika diminum dalam jumlah besar.

Dalam satu cangkir kopi, terdapat sekitar 49 mg kalium. Konsumsi lebih dari tiga cangkir kopi sehari bisa berkontribusi terhadap tingginya kadar kalium dalam tubuh. 

Tips Menikmati Kopi Bagi Pengidap Penyakit Ginjal

  1. Konsumsi Secukupnya
    Batasi konsumsi kopi tidak lebih dari tiga cangkir sehari (sekitar 532-710 ml). 
  2. Perhatikan Tambahan Krimer dan Gula
    Beberapa orang suka menambahkan krimer atau gula ke dalam kopi mereka. Namun, bagi pengidap penyakit ginjal, ini dapat menjadi masalah. Krimer sering kali mengandung fosfor dan kalium yang tinggi, sehingga sebaiknya dihindari. Gula juga perlu dibatasi, terutama jika Anda juga memiliki diabetes, yang sering kali menjadi penyebab penyakit ginjal. Jika memungkinkan, minumlah kopi hitam tanpa tambahan krimer atau gula.
  3. Pertimbangkan Kopi Decaf
    Jika Anda ingin mengurangi kafein tetapi tetap menikmati rutinitas minum kopi, kopi decaf (tanpa kafein) bisa menjadi alternatif yang baik. Teh hitam atau hijau juga bisa menjadi pilihan dengan kandungan kafein dan kalium yang lebih rendah.
  4. Konsultasikan dengan Ahli Gizi
    Setiap orang memiliki kondisi kesehatan yang berbeda, sehingga penting untuk berkonsultasi dengan ahli gizi atau dokter terkait batasan dalam minum kopi. Mereka dapat memberikan saran yang disesuaikan dengan kondisi kesehatan ginjal Anda. 

Jika Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut tentang konsumsi kopi dan kesehatan ginjal, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan ahli gizi atau dokter. Tinggalkan komentar di bawah jika Anda ingin berbagi pengalaman atau informasi tambahan!

 

Referensi:

National Kidney Foundation. Coffee and kidney disease: is it safe? [Internet]. 2024 [cited 2024 Oct 7]. Available from: https://www.kidney.org/news-stories/coffee-and-kidney-disease-it-safe 

D’Apolonia G, Miller M, Cheng T, et al. Coffee consumption and risk of chronic kidney disease: results from the Atherosclerosis Risk in Communities Study. [Internet]. 2024 [cited 2024 Oct 7]. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6057809/ 

Centers for Kidney Care. Top 8 best drinks for people with kidney disease [Internet]. 2024 [cited 2024 Oct 11]. Available from: https://cfkc.org/post/top-8-best-drinks-for-people-with-kidney-disease 

Verywell Health. What is coffee’s effect on the kidneys? [Internet]. 2024 [cited 2024 Oct 17]. Available from: https://www.verywellhealth.com/what-is-coffees-effect-on-the-kidneys-4147536

 

Health Talk Hiperfosfatemia pada Pasien CGK dengan Dialisis

Halo Sahabat IKCC,

Kebutuhan Zat Mineral pada penyandang PGK sering kali menjadi salah satu faktor yang harus diperhatikan, salah satunya adalah fosfat. Jika kadarnya berlebihan dalam darah akan mengakitbatkan berbagai masalah kesehatan. Bagaimana cara menjaga agar tetap seimbang?

Yuk kita bahas lebih dalam lagi dalam Health Talk IKCC berkolaborasi dengan RS Prikasih dengan tema “Hiperfosfatemia pada Pasien CGK dengan Dialisis” bersama dr. Muhammad Syafiq, Sp.PD-KGH

🗓️ Hari/Tanggal : Sabtu, 5 Oktober 2024
⏰ Waktu : 10.00 – 12.00 WIB
📍 Tempat : Auditorium RS Prikasih

Segera daftar karna kuota terbatas!
🔗 Link Pendaftaran :
https://bit.ly/IKCC-RSPRIKASIH

Dapatkan!!
🎁 Doorprize untuk 3 Peserta Beruntung
✨ Goodibag, Free Check-up (GDS, Tensi, BMI), Snack Box

Info lebih lanjut (WA) :
IKCC : 0811 1190 967
Eka – RS Prikasih : 0877 9757 2178

Health Talk Perbaikan Kualitas Hidup Pada Pasien Dialisis

Halo sobat pejuang ginjal,

IKCC berkolaborasi dengan RSIJ Cempaka Putih akan mengadakan Health Talk khusus untuk para pejuang ginjal!
Kita akan membahas seputar tema menarik “Perbaikan Kualitas Hidup pada Pasien Dialisis” bersama dr. Kuspudji Dwitanto Rahardjo, Sp. PD-KGH

Yuk segera daftar dan catat tanggalnya :

🗓️ Hari/Tanggal : Sabtu, 28 September 2024
⏰ Waktu : 09.00 – 11.00 WIB
📍 Tempat : Auditorium RS Islam Jakarta Cempaka Timur

Segera daftar karna kuota terbatas!
🔗 Link Pendaftaran :
https://bit.ly/IKCC-RSIJCEMPAKAPUTIH

Dapatkan!!
✨ Goodibag, Free Check-up (Gula Darah Sewaktu & Tensi), Snack Box
🎁 Doorprize untuk 3 Peserta Beruntung

Info lebih lanjut (WA) :
IKCC : 0811 1190 967
Hakeem – RSIJ Cempaka Putih : 0877 5477 1247

Apa Benar Si Kecil Bisa Terkena Penyakit Ginjal?

Ginjal adalah salah satu organ vital yang melakukan banyak fungsi dalam tubuh seperti mengendalikan keseimbangan air dan elektrolit, menyaring dan membuang limbah, mengatur produksi sel darah merah, dan mengatur tekanan darah. Ketika fungsi ginjal terganggu, pastinya akan berpengaruh pada tubuh. Namun apakah penyakit ginjal bisa terjadi pada anak? Yuk simak artikel berikut ini.

Apakah Penyakit Ginjal Bisa Dialami Anak-Anak?

Gangguan atau penyakit ginjal dapat dialami siapa saja, termasuk anak. Penyakit ginjal pada anak bisa disebabkan oleh berbagai hal mulai dari infeksi, kelainan bawaan, efek samping obatan-obatan, hingga keracunan zat tertentu. Ada beberapa jenis penyakit ginjal pada anak antara lain, yaitu gagal ginjal akut dan penyakit ginjal kronik.

Gagal Ginjal Akut

Gagal ginjal akut (GGA) adalah kerusakan atau penurunan fungsi ginjal pada anak yang terjadi secara mendadak dan tidak lebih dari 3 bulan. Cedera ginjal akut pada anak yang segera diobati umumnya bisa disembuhkan.

Pada GGA jika segera diobati, maka fungsi ginjal akan kembali membaik. Namun, jika berlangsung lebih dari 3 bulan dan penanganannya terlambat akan menyebabkan kerusakan permanen pada ginjal atau disebut dengan penyakit ginjal kronik.

Ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan seorang anak mengalami GGA, yaitu:

  • Sepsis, adalah komplikasi dari infeksi berat yang bersifat meluas dan apabila tidak diobati dengan segera akan menyebabkan gangguan pada organ, salah satunya ginjal
  • Terkena paparan bahan kimia beracun, seperti arsenik, merkuri, dan timbal
  • Efek samping obat-obatan tertentu, terutama yang harus dikonsumsi dalam dosis tinggi atau jangka panjang
  • Kondisi yang membuat aliran darah ke ginjal berkurang atau berhenti secara tiba-tiba, contohnya kehilangan banyak darah akibat perdarahan saat operasi, cedera karena kecelakaan, dehidrasi berat, luka bakar berat, syok dan henti jantung
  • Kondisi yang menghambat pasokan oksigen dan darah ke ginjal, misalnya terkena hipoksia atau henti jantung
  • Peradangan pada ginjal, contohnya penyakit glomerulonefritis dan sindrom nefrotik

Penyakit Ginjal Kronik

Gangguan fungsi ginjal anak dikatakan kronik apabila berlangsung lebih dari 3 bulan dan menetap. Penyakit ginjal kronik terjadi secara perlahan atau diawali dengan gagal ginjal akut. Ada beberapa faktor yang menyebabkan anak mengalami penyakit ginjal kronik, antara
lain:

  • Kelainan genetik, seperti sindrom alport dan sistinosis. Sindrom Alport adalah kelainan genetik yang menyebabkan gangguan pembentukan organ ginjal, mata dan telinga. Sedangkan sistinosis adalah kelainan genetik langka yang menyebabkan kerusakan sel ginjal.
  • Kelainan bawaan, misalnya anak terlahir dengan ukuran, bentuk, dan letak ginjal yang abnormal atau terlahir dengan satu ginjal saja.
  • Terlahir dengan prematur atau berat lahir rendah.
  • Penyakit kronik, seperti lupus, diabetes, dan tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol
  • Penyumbatan di saluran kemih yang bersifat kronik, misalnya adanya batu di saluran kemih atau akibat infeksi saluran kemih yang terjadi berulang kali.
  • Penyakit ginjal polikistik, sindrom nefritis dan sindrom nefrotik yang tidak diterapi segera dan adekuat atau memadai

Untuk mendiagnosis penyakit ginjal pada anak, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang seperti tes urin, tes darah, tes radiologi, hingga biopsi ginjal.

Gejala Penyakit Ginjal pada Anak

Pada tahap awal, penyakit ginjal pada anak sering kali tidak terlihat dan tidak menunjukkan gejala. Gejala baru mulai muncul ketika fungsi ginjal sudah mulai menurun atau rusak. Ketika ginjal sudah mengalami gangguan, anak dapat menunjukkan beberapa gejala, seperti:

  • Bengkak di bagian wajah, tangan, dan kaki
  • Tidak nafsu makan
  • Sering muntah
  • Kencing berdarah
  • Sering mengalami sakit kepala
  • Sesak napas
  • Tumbuh kembang anak terhambat
  • Kelelahan dan tampak pucat
  • Tampak kesakitan atau rewel setiap buang air kecil
  • Demam
  • Frekuensi buang air kecil menjadi lebih jarang

Penanganan dan Pencegahan Penyakit Ginjal pada Anak

Penanganan penyakit ginjal pada anak tergantung penyebab yang mendasarinya. Apabila kondisi tersebut disebabkan oleh tekanan darah tinggi, dokter akan memberikan pengobatan untuk mengontrol tekanan darah.

Jika disebabkan kondisi cacat lahir, dokter akan melakukan tindakan medis sesuai dengan kondisi ginjal tersebut. Namun, jika disebabkan oleh infeksi, misalnya infeksi bakteri, dokter akan mengatasi infeksi yang menyebabkan penyakit ginjal dengan antibotik.

Penanganan yang dilakukan sejak dini dapat mencegah terjadinya kerusakan ginjal permanen pada anak sehingga tidak masuk ke dalam penyakit ginjal kronik. Jika anak sudah mengalami penyakit ginjal kronik, dokter akan memberikan penanganan meliputi:

  • Obat-obatan yang sesuai dengan penyebab dan gejalanya
  • Asupan nutrisi yang sesuai stadium penyakit ginjal
  • Terapi pengganti ginjal, seperti hemodialisis (cuci darah), dialisis peritoneal dan transplantasi ginjal

Itu dia penjelasan mengenai penyakit ginjal pada anak. Jika ingin mencari informasi mengenai kesehatan ginjal lainnya, Anda bisa membaca artikel di website IKCC.

Referensi:

[1.] Douglas M.S. Growth and nutrition in pediatric chronic kidney disease. Frontiers in Pediatrics [Internet]. 2018 [cited 2023 August 16th]. Available from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/30155452/

[2.] Eileen C, Prasad D. Pediatric acute kidney injury: prevalence, impact and management challenges. International Journal of Nephrology and Renovascular [Internet]. 2017 [cited 2023 August 16th]. Available from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/28435306/

[3.] Laura Y. Z, Alson P. S, Jeffrey M. S, Robert O.W, and Manish A. Environmental exposures and pediatric kidney function and disease: a systematic review. Environmental Research [Internet]. 2017 [cited 2023 August 16th] Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5821495/

[4.] American Academy of Pediatrics. Healthy Children. Chronic kidney disease in children [Internet]. 2017 [cited 2023 August 16]. Available from: https://publications.aap.org/pediatricsinreview/article-abstract/35/1/16/32569/Chronic-Kidney-Disease-in-Children-and-Adolescents?redirectedFrom=fulltext

[5.] Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Hari ginjal sedunia suarakan pencegahan penyakit ginjal bagi wanita dan anak [Internet]. 2018 [cited 2023 August 16th]. Available from: https://www.kemkes.go.id/id/rilis-kesehatan/hari-ginjal-sedunia-suarakan-pencegahan-penyakit-ginjal-bagi-wanita-dan-anak

[6.] Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Kenali gangguan ginjal pada anak [Internet]. 2018 [cited 2023 August 16th]. Available from: https://p2ptm.kemkes.go.id/tag/kenali-gangguan-ginjal-pada-anak

[7.] Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Waspada, anak-anak pun bisa terserang gagal ginjal [Internet]. 2018 [cited 2023 August 16th]. Available from: https://p2ptm.kemkes.go.id/tag/waspada-anak-anak-pun-bisa-terserang-gagal-ginjal

[8.] National Health Service UK (2019). Acute kidney injury [Internet]. 2019 [cited 2023 August 16th]. Available from: https://www.nhs.uk/conditions/acute-kidney-injury/

[9.] University of Rochster Medical Center. Kidney disease in children. 2019 [cited 2023 August 16th]. Available from: https://www.urmc.rochester.edu/encyclopedia/content.aspx?ContentTypeID=90&Conten tID=P03111#:~:text=Chronic%20kidney%20disease%20gets%20worse,medicines%2C %20dialysis%2C%20or%20surgery.

[10.] Stanford Children’s Health. Overview of kidney disorders in children [Internet].
2019 [cited 2023 August 16th]. Available from: https://www.stanfordchildrens.org/en/topic/default?id=overview-of-kidney-disorders-in-ch ildren-90-P08232

[11.] Shannon J. Kidney health and kidney disease basics. Healthline [Internet]. 2018
[cited 2023 August 16th]. Available from: https://www.healthline.com/health/kidney-disease#:~:text=It%20occurs%20when%20yo ur%20kidneys,%2C%20nerve%20damage%2C%20and%20malnutrition.

[12.] Bree N. Acute kidney failure. Healthline [Internet]. 2017 [cited 2023 August 16th]. Available from: https://www.healthline.com/health/acute-kidney-failure

[13.] Nemours, KidsHealth. Kidney diseases in childhood [Internet]. 2020 [cited 2023 August 16th]. Available from: https://kidshealth.org/en/parents/kidney-diseases-childhood.html

[14.] WebMD. Acute kidney failure [Internet]. 2020 [cited 2023 August 16th]. Available from: https://www.webmd.com/a-to-z-guides/what-is-acute-kidney-failure

Perawatan Akses Vaskuler: Tips untuk Menjaga Akses Vaskuler

Akses vaskuler adalah jalur masuk yang dibuat di dalam tubuh untuk memungkinkan penyaluran darah atau cairan lainnya ke dalam pembuluh darah. Akses vaskuler sering digunakan pada pasien yang menjalani hemodialisis.

Berikut adalah beberapa tips perawatan akses vaskuler:

1. Jaga Kebersihan

Pastikan selalu mencuci tangan dengan sabun sebelum menyentuh akses vaskuler. Kebersihan yang baik sangat penting untuk mencegah infeksi. Gunakan air bersih dan sabun anti-bakteri, dan keringkan tangan dengan handuk bersih atau tissue. Jangan lupa membilas dan membersihkan akses vaskuler dengan cairan antiseptik.

2. Hindari Tekanan Berlebih

Hindari menggunakan pakaian atau aksesoris yang dapat memberikan tekanan pada akses vaskuler. Hal ini bertujuan untuk menurunkan risiko cedera atau penyumbatan pada akses vaskuler. Jaga agar akses vaskuler tetap terlindungi dan terhindar dari benturan atau tekanan berlebih.

3. Jaga Kesehatan Kulit Sekitar Akses Vaskuler

Periksa kulit di sekitar akses vaskuler secara teratur. Pastikan tidak ada tanda-tanda kemerahan, pembengkakan, atau luka yang mengindikasikan infeksi atau masalah lainnya. Jika muncul tanda-tanda tersebut, segera periksakan ke dokter.

4. Lindungi dari Infeksi

Jaga agar akses vaskuler tetap steril dan terlindungi dari infeksi. Hindari menyentuh akses vaskuler dengan tangan yang kotor atau benda-benda yang tidak steril. Selalu gunakan sarung tangan bersih saat merawat akses vaskuler, terutama jika melakukan perawatan sendiri di rumah.

5. Perhatikan Gejala yang Mencurigakan

Jika Anda mengalami gejala seperti nyeri, bengkak, atau perubahan warna pada akses vaskuler, segera hubungi dokter Anda. Gejala-gejala tersebut dapat menunjukkan adanya masalah pada akses vaskuler yang memerlukan perhatian medis segera.

Itulah beberapa tips perawatan akses vaskuler yang dapat membantu menjaga akses vaskuler Anda tetap sehat. Penting untuk diingat bahwa perawatan akses vaskuler harus dilakukan dengan hati-hati dan sesuai dengan petunjuk medis.

Referensi:

1. Hemodialysis access. [Internet]. [cited 2024 February 24th ]. Available from: https://www.kidney.org/atoz/content/hemoaccess#caring-your-access.

2. Jill R. Caring for a patient’s vascular access for hemodialysis. Nursing Management (Springhouse). 2010;41(10):47.

3. van Loon M. How to improve vascular access care. Contrib Nephrol. 2015:184:222-33.

Takaran Minum pada Penyakit Ginjal

Tahukah Anda bahwa sebagian besar tubuh kita terdiri dari cairan?Jadi jumlah cairan yang ada di dalam tubuh kita sebanyak 60% dari berat badan. Orang Indonesia rata-rata mempunyai berat badan 70 kg sehingga jumlah cairan di dalam tubuhnya sekitar 42 liter. Cairan di dalam tubuh akan hilang secara rutin dalam bentuk urin, keringat, dan juga uap dari pernafasan. Oleh karena itu, kita harus menggantikan cairan yang hilang tersebut sebanyak kurang lebih 8 gelas air sehari. 

Lalu bagaimana dengan penderita penyakit ginjal?Berapa banyak cairan yang harus mereka gantikan, mengingat fungsi ginjal yang sudah mulai menurun untuk mengeluarkan cairan atau urin dari dalam tubuh. Berdasarkan rekomendasi dari The National Kidney Foundation Kidney Disease Outcomes Quality Initiatives (NKF-KDOQI), penderita penyakit ginjal tetap diperbolehkan konsumsi cairan, yang tentunya disesuaikan dengan derajat beratnya penyakit ginjal dan jumlah urin yang diproduksi. Penyakit ginjal kronik (PGK) dibagi menjadi 5 stadium berdasarkan aliran darah ke ginjal, dimana pada stadium 5 penderita harus menjalani cuci darah. Jumlah cairan yang dikonsumsi pada penderita ginjal yang tidak cuci darah tidak dibatasi. Sedangkan untuk penderita ginjal yang sudah menjalani cuci darah jumlah cairan yang masuk sebanyak 1000 mL ditambah dengan jumlah urin yang dihasilkan. 

 

Referensi

  1. Druml W, Cano N, teplan V. Nutritional support in renal disease. Basic Clinical Nutrition Fourth Edition. 2011. 
  2. Wenzel UO, Hebert LA, Stahl RAK, Krenz I. My Doctor Said I Should Drink a Lot! Recommendations for Fluid Intake in Patients with Chronic Kidney Disease. Clin J Am Soc Nephrol 2006;1:344 –6. 
  3. KDOQI clinical practice guidelines for nutrition in chronic kidney disease: 2019 update. [Internet]. [cited 2019 December 23rd]. Available from: https://www.kidney.org/professionals/kdoqi-guidelines-commentary-nutrition. 

Gangguan Tulang pada Penyakit Ginjal Kronik: Dampak & Solusi

Pengaruh Penyakit Ginjal Kronik terhadap Kesehatan Tulang

Penyakit ginjal kronik (PGK) dapat menyebabkan gangguan tulang yang serius, dikenal sebagai Chronic Kidney Disease-Mineral and Bone Disorder (CKD-MBD). Dalam tubuh yang sehat, jaringan tulang secara terus-menerus dibongkar dan dibentuk kembali. Ginjal memainkan peran penting dalam mengatur keseimbangan mineral seperti kalsium dan fosfor serta mengaktifkan vitamin D, yang krusial untuk kesehatan tulang. Pada PGK, fungsi ginjal terganggu, menyebabkan kesulitan dalam mengeluarkan fosfor dan mengatur kadar kalsium, yang dapat mengakibatkan gangguan tulang dan membuat tulang menjadi rapuh. Jika kadar hormon paratiroid (PTH) tinggi, ini memperburuk kondisi tulang dengan menarik lebih banyak kalsium dari tulang.

Chronic Kidney Disease-Mineral and Bone Disorder (CKD-MBD)

Penyakit tulang merupakan salah satu komplikasi yang sering terjadi pada PGK. Dahulu sebutan untuk penyakit tulang pada PGK adalah renal osteodystrophy, tetapi sekarang disebut dengan chronic kidney disease-mineral and bone disorder (CKD-MBD). CKD-MBD adalah gejala sistemik yang meliputi kelainan laboratorium seperti kadar PTH, kalsium, fosfor, dan vitamin D, serta kelainan tulang dan pengapuran pembuluh darah. Pengapuran terjadi karena penumpukan garam kalsium fosfat di pembuluh darah, yang bisa meningkatkan risiko kematian jika terjadi di arteri koroner.

Pemeriksaan dan Pengelolaan CKD-MBD

Pada pasien dengan PGK direkomendasikan untuk melakukan pemeriksaan laboratorium dan kepadatan tulang secara rutin 3-6 bulan sekali. Untuk mendeteksi pengapuran pembuluh darah, pemeriksaan CT-scan dapat digunakan. Jika ditemukan kelainan, dapat diberikan terapi seperti kadar fosfor yang tinggi maka dapat diberikan obat-obatan pengikat fosfat atau kadar vitamin D yang rendah dapat diberikan suplementasi vitamin D yang dalam bentuk aktif atau disebut dengan kalsitriol. Selain dengan obat-obatan, CKD-MBD juga dapat dicegah dengan mangatur pola makan seperti membatasi makanan yang mengandung tinggi fosfat (daging ayam, seafood, produk susu, kacang-kacangan) dan juga olaharaga secara teratur. 

 

Referensi

  1. Fukagawa M, Komaba H. Chronic Kidney Disease-Mineral and Bone Disorder in Asia. Kidney Dis 2017;3:1–7. 
  2. Mineral & Bone Disorder in Chronic Kidney Disease. [Internet]. 2015 [cited 2019 April 22] Available from: https://www.niddk.nih.gov/health-information/kidney-disease/mineral-bone-disord er. 
  3. Carla M. Chronic kidney disease-mineral and bone disorder: Guidelines for diagnosis, treatment, and management. Journal of the American Academy of Pas. 2016;29(7):21–9.

Kebutuhan Protein Pasien Dialisis berapa banyak?

Pentingnya Nutrisi untuk Pasien Penyakit Ginjal Kronik (PGK)

Malnutrisi adalah komplikasi serius dari penyakit ginjal kronik (PGK). Kondisi ini dapat memperburuk kualitas hidup, mempercepat kerusakan ginjal, dan meningkatkan risiko penyakit lain seperti infeksi. Selain itu, malnutrisi juga bisa memperpanjang masa rawat dan menghambat efektivitas terapi, serta meningkatkan angka kematian.

Adanya perubahan metabolisme menyebabkan PGK stadium pradialisis dan dialisis memerlukan penatalaksanaan nutrisi yang berbeda-beda sehingga memerlukan evaluasi dan terapi yang lebih spesifik, salah satunya adalah dalam pemenuhan kebutuhan protein.

Asupan Protein pada Pasien Pradialisis

Peningkatan asupan protein telah terbukti memengaruhi hemodinamik ginjal dan berkontribusi pada kerusakan fungsi dan jaringan ginjal pada PGK stadium pradialisis. Tatalaksana diet rendah protein pada pasien PGK pradialisis telah diperkenalkan sejak lama dan memiliki manfaat mengurangi penumpukan toksin yang tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal dan menghambat progresivitas kerusakan ginjal sisa. Rekomendasi menyarankan bahwa diet rendah protein sebaiknya dimulai pada saat nilai pengukuran fungsi ginjal dengan parameter LFG <60 mL/menit/1,73 m (PGK stadium 3) dengan jumlah 0,6-0,8 g/kg berat badan per hari.

Kebutuhan Protein pada Pasien Dialisis

Berbeda dengan kondisi pradialisis, kebutuhan protein stadium dialisis lebih tinggi dibandingkan stadium pradialisis. Kebutuhan protein pada pasien yang menjalani dialisis rutin dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berhubungan dengan proses dialisis itu sendiri. Rata-rata kehilangan protein pada satu sesi hemodialisis (HD) adalah 6-8-gram tergantung jenis membrane yang digunakan. Pada pasien yang menjalani CAPD terjadi kehilangan protein yang lebih besar yaitu 5 –12-gram perhari. Faktor lain yang meningkatkan kebutuhan protein pasien dialisis adalah perubahan dalam metabolisme protein di dalam tubuh pasien dan penurunan penyerapannya di usus. Selain itu terhadinya gangguan keseimbangan asam-basa yang sering terjadi pada pasien dialisis juga menyebabkan semakin tinggi hilangnya protein pada otot. Faktor-faktor tersebut menyebabkan tingginya kebutuhan protein pada pasien dialisis, sehingga direkomendasikan asupan protein pada pasien dialisis adalah 1,2-1,3 g per kilogram berat badan perhari.

Dari penjelasan di atas, jekas bahwa memenuhi kebutuhan nutrisi pada pasien PGK tidak hanya sekedar cukup atau tidak cukup, melainkan jumlahnya harus disesuaikan dengan stadium penyakitnya. Asupan nutrisi protein yang tepat, akan memberikan banyak manfaat dalam perbaikan kualitas hidup dan mencegah komplikasi yang dapat timbul akibat malnutrisi. Pasien PGK sebaiknya berkonsultasi dengan dokter atau ahli gizi untuk menentukan berapa banyak protein yang harus dikonsumsi, dan juga menentukan sumber protein yang dapat dijadikan pilihan pada menu diet sehari-hari.

 

Referensi:

  1. Ishfaq Rashid, Aamir Bashir, Pramil Tiwari, Sanjay D’Cruz, Shivani Jaswal, Estimates of malnutrition associated with chronic kidney disease patients globally and its contrast with India: An evidence based systematic review and meta-analysis. Clinical Epidemiology and Global Health 2021;12: 100855
  2. Bellizzi V, Calella P, Carrero JJ, Fouque D. Very low-protein diet to postpone renal failure: Pathophysiology and clinical applications in chronic kidney disease. Chronic Dis Transl Med. 2018;4(1):45–50.
  3. Kopple JD. National kidney foundation K/DOQI clinical practice guidelines for nutrition in chronic renal failure. Am J Kidney Dis. 2001;37(1 Suppl 2):S66-70. 

Ibu hamil dengan PGK berisiko melahirkan bayi prematur

Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah kondisi dimana fungsi ginjal mengalami penurunan dalam jangka waktu lebih dari 3 bulan. Penyebab PGK paling sering adalah diabetes dan hipertensi. Ibu hamil dapat juga mengalami PGK yang mungkin diperoleh sebelum atau setelah hamil. Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu hamil dengan penyakit ginjal kronik adalah terjadinya preeklamsia sampai dengan bayi lahir prematur. Kejadian bayi lahir prematur dari ibu dengan PGK sebesar 10-12%. Ibu hamil dengan penyakit ginjal kronik dapat melahirkan bayi prematur disebabkan karena adanya gangguan pada aliran darah ke plasenta sehingga pertumbuhan janin menjadi terhambat. Oleh karenanya perlu diperhatikan hal berikut ini jika ibu hamil dengan PGK: 

1. Melakukan Pemeriksaan Rutin Untuk Ibu Hamil dengan Penyakit Ginjal Kronik

Ibu hamil dengan PGK perlu menjalani pemeriksaan dan pemantauan kehamilan yang lebih sering dan ketat, termasuk pemeriksaan terhadap tekanan darah, fungsi ginjal (ureum dan kreatinin), dan kadar protein dalam urin. Hal ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan dari penyakit ginjalnya dan kemungkinan terjadi komplikasi. 

2. Pengendalian Tekanan Darah pada Ibu Hamil dengan Gangguan Ginjal

Ibu dengan PGK seringkali memiliki tekanan darah tinggi sehingga dibutuhkan obat-obatan atau perubahan gaya hidup. Obat anti-hipertensi bertujuan untuk menjaga tekanan darah tetap stabil dan mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut. 

3. Terapi pengganti ginjal

Pada beberapa ibu hamil dengan PGK terkadang membutuhkan terapi pengganti ginjal seperti cuci darah (dialisis) untuk membantu mengeluarkan racun atau cairan yang berlebih di dalam tubuh, sehingga kesehatan ibu dapat terjaga dan janin dapat berkembang dengan baik.

4. Persiapan kelahiran bayi prematur

Jika bayi harus dilahirkan sebelum waktunya, maka dibutuhkan kerjasama antara ibu dan tenaga kesehatan agar dapat menurunkan risiko terjadinya komplikasi baik pada ibu dan bayi. 

 

Referensi:

  1. Shehaj L, Kazancıoglu R. Pregnancy in Chronic Kidney Disease. Kidney Dial. 2023;3:152–62.
  2. Harel Z, Park AL, McArthur E, Hladunewich M, Dirk JS, Wald R, et al. Prepregnancy renal function and risk of preterm birth and related outcomes. CMAJ. 2020;192:E851-7.
  3. Zilli MVP, Borovac-Pinheiro A, Costa ML, Surita FG. Perinatal Outcomes in Women with Chronic Kidney Diseases. Rev Bras Ginecol Obstet. 2022;44(12):1094–1101.

Minum Obat Nyeri, Amankah untuk Pasien Gagal Ginjal?

Pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal, baik yang membutuhkan cuci darah rutin ataupun yang belum membutuhkannya, seringkali mengalami gangguan berupa rasa nyeri. Menurut sebuah penelitian, diperkirakan sebanyak 58% pasien gangguan fungsi ginjal mengalami gejala nyeri, dan sebanyak 49% nya mengalami gejala nyeri sedang sampai berat.

Untuk mengurangi nyeri, yang pertama terlintas di pikiran kita adalah minum obat untuk mengurangi nyeri, misalnya parasetamol, dan lain-lain. Tapi amankah minum obat nyeri bagi pasien-pasien dengan gangguan fungsi ginjal? 

Pertama, perlu kita ketahui bahwa ada berbagai macam obat nyeri dengan profil yang berbeda-beda. Kita akan bahas secara singkat mana obat nyeri yang sebaiknya dihindari oleh pasien gangguan fungsi ginjal dan mana yang relatif aman.

Obat nyeri yang sebaiknya dihindari oleh pasien dengan gangguan fungsi ginjal adalah: Obat golongan NSAID. Obat golongan NSAID (Non Steroid Anti Inflammatory Drug) contohnya antara lain: ibuprofen, ketoprofen, meloxicam, piroxicam, dan diclofenac. Mengapa obat golongan NSAID sebaiknya dihindari oleh pasien gangguan fungsi ginjal? Karena obat golongan ini berpotensi menimbulkan efek samping nyeri dan perdarahan lambung. Pada pasien gangguan fungsi ginjal, mekanisme pertahanan lambung tidak sebaik pada individu sehat, maka risiko pasien gangguan fungsi ginjal untuk mengalami efek samping nyeri dan perdarahan lambung akibat penggunaan obat NSAID, akan meningkat.

Obat nyeri yang relatif aman untuk dikonsumsi oleh pasien dengan gangguan fungsi ginjal adalah paracetamol. Paracetamol memiliki keunikan karena dikeluarkan dari tubuh sebagian besar melalui hati dan hanya sedikit melalui ginjal. Dengan demikian, obat ini relatif aman digunakan meskipun pasien memiliki gangguan fungsi ginjal, asalkan fungsi hatinya masih baik.

Lebih penting dari pemilihan obat nyeri pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal, adalah mengetahui penyebab nyeri itu dari mana serta konsultasi ke dokter untuk mengobati penyebab nyeri nya. Karena, nyeri yang kita alami mungkin saja merupakan gejala dari penyakit yang belum kita ketahui. Jadi, sedapat mungkin hindari minum obat nyeri tanpa resep dokter atau sebelum mengetahui penyebab dari nyeri yang kita alami. Salam sehat untuk kita semua.

Daftar Pustaka:

Davison SN. Clinical Pharmacology Considerations in Pain Management in Patients with Advanced Kidney Failure. Clin J Am Soc Nephrol. 2019 Jun 7;14(6):917-931. doi: 10.2215/CJN.05180418. Epub 2019 Mar 4.

Sumber Gambar: 

http://www.kalbemed.com/News-Events/News/Read-News-Article/ArtMID/451/ArticleID/733/Hyaluronic-Acid-Single-injection-untuk-Sakit-Sendi-akibat-Osteoartritis

Tanggal :
Sahabat KECC
Tentang Event

Bagikan : Sahabat KECC Copied! Sahabat KECC Sahabat KECC
Sahabat KECC