Beranda Rewards
Sahabat KECC Copied! Sahabat KECC Sahabat KECC

Waspadai Flu Singapura (HFMD) pada Anak

Hand, Foot, and Mouth Disease (HFMD) atau lebih dikenal sebagai Flu Singapura di Indonesia adalah penyakit menular yang sering menyerang anak-anak, terutama mereka yang berusia di bawah 5 tahun. Penyakit ini disebabkan oleh virus dari kelompok enterovirus, seperti Coxsackievirus A16 (CA16) dan Enterovirus 71 (EV71). Meskipun flu Singapura sering dianggap ringan, infeksi yang disebabkan oleh varian virus EV71 bisa menyebabkan sakit yang lebih parah dan bahkan memicu komplikasi serius.

Dalam beberapa tahun terakhir, kasus Flu Singapura meningkat di beberapa negara Asia, termasuk di Indonesia. Banyak orang tua yang khawatir dengan cepatnya penyebaran penyakit ini, terutama di lingkungan yang padat, seperti sekolah dan tempat penitipan anak.

Gejala Umum Flu Singapura (HFMD)

Sebagian besar anak yang terinfeksi HFMD akan mengalami gejala ringan selama 7 hingga 10 hari. Beberapa gejala umum yang sering terlihat meliputi:

  • Demam yang sering disertai lemas
  • Sakit tenggorokan
  • Luka-luka kecil yang melepuh di bagian dalam mulut, terutama di sekitar lidah dan gusi
  • Ruam atau lepuhan di area telapak tangan dan telapak kaki.

Karena gejalanya mirip dengan penyakit ringan lainnya, banyak orang tua yang kerap mengira penyakit ini adalah sariawan biasa. Padahal, lepuhan di mulut yang diikuti dengan ruam pada tangan dan kaki adalah tanda utama Flu Singapura.

Siapa yang Berisiko Tinggi Terkena Flu Singapura?

Penyakit ini paling sering menyerang anak di bawah 5 tahun, namun tidak menutup kemungkinan terjadi pada usia berapapun, bahkan pada orang dewasa. Di Indonesia, tempat-tempat seperti PAUD, TK, dan penitipan anak sering menjadi lokasi penyebaran utama penyakit ini, karena anak-anak cenderung lebih banyak berinteraksi fisik dengan teman-teman mereka. Karena penyebarannya yang relatif cepat, orang tua juga kerap kali khawatir jika anak-anak mereka tertular saat bermain atau berbagi mainan.

Bagi wanita hamil, penting untuk segera berkonsultasi dengan dokter jika terpapar atau merasakan tanda dan gejala penyakit ini. Meskipun komplikasi akibat HFMD jarang terjadi selama kehamilan, lebih baik tetap waspada.

Cara Penularan Flu Singapura

Beberapa cara penularan penyakit ini, meliputi:

  • Kontak langsung dengan cairan tubuh dari penderita, seperti tetesan air liur saat bersin atau batuk.
  • Menyentuh permukaan yang terkontaminasi, seperti mainan, gagang pintu, atau barang-barang umum lainnya.
  • Cairan dari lepuhan di kulit penderita.
  • Kontak dengan kotoran penderita, terutama pada anak-anak yang belum mandiri dalam toilet training.

Anak-anak sering kali lupa untuk mencuci tangan setelah bermain atau sebelum makan. Kebiasaan ini menjadi salah satu penyebab umum penyebaran virus HFMD.

Tips Pencegahan

Kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sering kali diabaikan, terutama di lingkungan anak-anak. Untuk mencegah penularan HFMD, beberapa langkah yang bisa diterapkan orang tua di rumah adalah:

  • Mencuci tangan secara rutin dengan sabun selama minimal 20 detik, terutama setelah mengganti popok, menggunakan toilet, batuk, atau bersin.
  • Membersihkan dan mendisinfeksi mainan, alat makan, dan benda-benda yang sering disentuh anak, seperti gagang pintu dan permukaan meja.
  • Menghindari kontak langsung dengan penderita HFMD, seperti mencium atau memeluk mereka.
  • Mengajarkan anak untuk tidak menyentuh wajah dengan tangan yang belum dicuci, terutama di area mata, hidung, dan mulut.
  • Memakai masker jika sakit, atau berada di lingkungan luar.

Di Indonesia, kebiasaan berbagi makanan juga umum dilakukan, terutama di acara-acara keluarga. Penting untuk mengajarkan anak untuk tidak berbagi makanan atau minuman ketika ada yang sedang sakit.

Cara Mengobati HFMD di Rumah

Kebanyakan anak yang terkena HFMD bisa sembuh dengan sendirinya tanpa perawatan medis khusus, kecuali pada sakit yang berat. Beberapa cara yang bisa dilakukan di rumah untuk mempercepat pemulihan adalah:

  • Memberikan obat penurun demam yang aman untuk anak, seperti paracetamol, untuk meredakan gejala demam dan nyeri di mulut. Hindari pemberian aspirin pada anak-anak.
  • Menjaga hidrasi anak agar tidak dehidrasi, terutama jika mereka kesulitan makan atau minum akibat luka di mulut. Cairan seperti air putih, susu, atau kuah kaldu bisa membantu menjaga hidrasi anak.

 

Referensi:

World Health Organization. Regional Office for the Western Pacific. A guide to clinical management and public health response for hand, foot and mouth disease (HFMD). Manila: WHO Regional Office for the Western Pacific; 2011. p. 1. Available from: https://iris.who.int/handle/10665/207490

Centers for Disease Control and Prevention. Hand, Foot, and Mouth Disease (HFMD) [Internet]. [cited 2024 Oct 4]. Available from: https://www.cdc.gov/hand-foot-mouth/about/index.html.

Fakta Menarik Seputar Hepatitis yang Wajib Kamu Ketahui

Hepatitis adalah penyakit serius yang menyebabkan peradangan pada hati. Ada lima jenis utama hepatitis, yaitu hepatitis A, B, C, D, dan E. Meskipun umumnya disebabkan oleh virus, penyakit ini juga bisa dipicu oleh konsumsi alkohol, obat-obatan, atau kondisi autoimun. Dalam beberapa kasus, hepatitis dapat berkembang menjadi kronis, yang berdampak negatif pada kesehatan jangka panjang.

Sayangnya, banyak orang masih meremehkan bahaya hepatitis, yang bisa berakibat fatal jika tidak ditangani dengan serius. Oleh karena itu, penting untuk memahami fakta-fakta tentang hepatitis sejak dini agar dapat mengambil langkah pencegahan dan penanganan yang tepat.

  1. Banyak yang Tidak Sadar Terinfeksi Hepatitis

Banyak orang tidak menyadari bahwa mereka telah terinfeksi hepatitis. Hal ini disebabkan oleh gejala hepatitis yang sering kali tidak khas, sehingga sulit untuk dideteksi sejak dini. Gejala awal yang biasanya muncul termasuk demam, flu, nyeri otot, dan kelelahan. Namun, gejala lain yang lebih spesifik mungkin baru akan muncul setelah berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan.

  1. Hepatitis Tidak Selalu Menular Lewat Kebiasaan Berisiko

Sebagian besar orang mengetahui bahwa hepatitis ditularkan melalui perilaku berisiko, seperti hubungan seksual yang tidak aman, penggunaan obat-obatan terlarang, atau tindakan seperti menato tubuh. Namun, tidak semua virus hepatitis menyebar melalui kontak langsung dengan cairan tubuh. Beberapa jenis virus hepatitis dapat menyebar melalui makanan atau air yang terkontaminasi, terutama di daerah dengan sanitasi yang buruk.

  1. Hepatitis Kadang Tidak Menunjukkan Gejala Apapun

Selain tidak memiliki gejala yang jelas, ada juga kondisi di mana hepatitis, terutama hepatitis B dan C, tidak menunjukkan gejala sama sekali. Sering kali, hepatitis B dan C baru terdeteksi setelah menyebabkan komplikasi serius seperti sirosis atau kanker hati.

  1. Tidak Semua Penderita Hepatitis Mengalami Penyakit Kuning

Ada anggapan bahwa semua penderita hepatitis akan mengalami penyakit kuning, namun ini tidak sepenuhnya benar. Pada kasus hepatitis A dan E, jika sistem kekebalan tubuh penderita cukup kuat, penyakit ini dapat sembuh dengan sendirinya tanpa memerlukan perawatan medis, dan penyakit kuning mungkin tidak muncul.

  1. Air dan Makanan Bisa Menjadi Media Penularan Hepatitis

Kebersihan yang buruk dapat meningkatkan risiko tertular hepatitis. Beberapa virus hepatitis dapat menyebar melalui jalur fecal-oral, seperti air minum dan makanan yang terkontaminasi oleh tinja dari orang yang terinfeksi. Oleh karena itu, selalu jaga kebersihan dan pastikan untuk mencuci tangan dengan sabun sebelum makan.

  1. Hepatitis Menyebabkan Kanker Hati

Hepatitis merupakan salah satu penyebab utama kanker hati, yang menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia, merenggut lebih dari 1,3 juta nyawa setiap tahunnya. Hepatitis B dan C sering kali menjadi kronis dan dapat menyebabkan komplikasi serius seperti kanker hati.

  1. Ibu Hamil Wajib Melakukan Tes Hepatitis

Penularan hepatitis B dari ibu ke bayi saat persalinan cukup umum terjadi. Banyak wanita hamil yang tidak melakukan tes hepatitis selama kehamilan, sehingga risiko penularan ke bayi meningkat. Untuk wanita yang sedang hamil atau berencana hamil, penting untuk melakukan tes hepatitis guna mencegah penularan ke bayi yang baru lahir.

  1. Vaksinasi Hepatitis Telah Tersedia

Seiring dengan kemajuan teknologi medis, vaksin untuk beberapa jenis hepatitis, terutama hepatitis A dan B, telah tersedia. Pastikan Kamu dan keluargamu mendapatkan vaksinasi untuk mencegah infeksi hepatitis. Memberikan imunisasi lengkap pada anak-anak juga sangat penting untuk melindungi mereka sejak dini.

Dengan memahami fakta-fakta ini, Kamu dapat lebih waspada dan melakukan langkah-langkah pencegahan yang tepat untuk menghindari hepatitis dan menurunkan risiko penularan penyakit ini.

 

Ditinjau oleh dr. Arina Heidyana

Jenis-jenis Vaksin Penting untuk Orang Dewasa dan Jadwalnya

Tidak hanya anak-anak yang memerlukan imunisasi; orang dewasa juga membutuhkan perlindungan dari berbagai penyakit melalui vaksinasi. Beberapa vaksin yang diberikan sejak kecil mungkin perlu diperbarui seiring bertambahnya usia. Ini karena efektivitas vaksin dapat berkurang seiring waktu, sehingga vaksinasi ulang menjadi penting. Berikut adalah jenis vaksin yang direkomendasikan untuk orang dewasa:

1. Vaksin Influenza

Vaksin influenza sangat dianjurkan bagi orang dewasa, terutama yang sering mengalami flu. Rekomendasi dari Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) menyebutkan vaksin ini sebaiknya diberikan setahun sekali mulai usia 19 tahun hingga lanjut usia.

2. Vaksin Human Papillomavirus (HPV)

Untuk mencegah kanker serviks dan penyakit akibat virus papillomavirus manusia, vaksin HPV dianjurkan. Wanita dari usia 19 hingga 55 tahun dan pria dari usia 19 hingga 26 tahun sebaiknya mendapatkan vaksin ini dalam tiga dosis.

3. Vaksin Cacar Air

Vaksin cacar air direkomendasikan bagi orang dewasa yang belum pernah mengalami cacar air atau belum pernah divaksinasi. Gejala cacar air pada dewasa biasanya lebih parah dibandingkan saat masa anak-anak.

Jadwal pemberian vaksin cacar air bisa sejak usia 19 hingga di atas 65 tahun. Untuk seseorang yang belum pernah menerima vaksin yang mengandung varicella VAR atau MMR sewaktu anak-anak, akan diberikan 2 dosis vaksin varisela dengan jarak 4-8 minggu.

Namun, jika sebelumnya pernah mendapatkan vaksin yang mengandung 1 dosis varicella, maka satu dosis lainnya akan diberikan dengan jarak minimal 4 minggu setelah dosis pertama.

4. Vaksin Hepatitis A

Untuk mencegah hepatitis A yang ditularkan melalui makanan atau minuman terkontaminasi, vaksin hepatitis A diberikan dalam dua dosis dengan jarak enam bulan hingga satu tahun. Vaksin ini penting bagi mereka dengan penyakit liver kronis, terinfeksi HIV, atau yang bepergian ke negara dengan infeksi hepatitis A tinggi.

Berikut adalah beberapa kondisi yang memerlukan vaksinasi hepatitis A:

  • Menderita penyakit liver kronis
  • Terinfeksi HIV
  • Pria yang melakukan hubungan seksual dengan sesama pria
  • Penggunaan narkoba melalui suntikan atau metode lain
  • Bekerja di laboratorium penelitian dengan virus hepatitis A atau dengan primata yang terinfeksi virus tersebut
  • Berpergian ke negara-negara dengan tingkat infeksi hepatitis A yang tinggi atau sedang
  • Kontak erat dengan penderita hepatitis kronis

Vaksin hepatitis A untuk orang dewasa dapat diberikan mulai usia 19 tahun hingga di atas 65 tahun, dengan dua dosis yang diberikan dengan interval 6 bulan hingga 1 tahun.

5. Vaksin Hepatitis B

Hepatitis B, penyakit liver yang ditularkan melalui darah atau cairan tubuh, bisa dicegah dengan vaksin. Pemberian vaksin bisa dimulai sejak usia 19 tahun hingga 65 tahun ke atas. Biasanya, vaksin ini akan diberikan sebanyak 3 dosis, yaitu pada bulan ke-0, ke-1, dan ke-6.

6. Vaksin Tifoid

Vaksin tifoid melindungi dari demam tifoid yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. Biasanya diberikan mulai usia 19 tahun hingga 65 tahun ke atas, dengan satu dosis yang bertahan selama 3 tahun.

7. Vaksin Pneumokokus (PCV)

Melindungi dari pneumonia, vaksin pneumokokus sangat disarankan untuk individu berusia di atas 60 tahun atau dengan sistem kekebalan tubuh lemah.

8. Vaksin Meningitis

Vaksin meningitis penting untuk mencegah infeksi meningitis, terutama jika berencana melakukan perjalanan ke negara dengan risiko tinggi meningitis, seperti saat ibadah haji atau umrah.

Jika kamu berencana bepergian ke negara dengan risiko tinggi atau wabah meningokokus, sangat dianjurkan untuk mendapatkan 1 dosis vaksin MenACWY (Menactra atau Menveo), dengan vaksinasi ulang setiap 5 tahun jika risiko paparan meningitis tetap ada.

9. Vaksin Demam Kuning

Vaksin ini melindungi dari demam kuning, penyakit yang ditularkan oleh nyamuk dan umum di beberapa negara Amerika dan Afrika. Meski tidak ada kasus demam kuning di Indonesia, vaksin ini wajib bagi yang akan bepergian ke negara-negara tersebut.

10. Vaksin Difteri dan Tetanus

Bagi yang belum pernah menerima imunisasi tetanus dan difteri saat kecil, vaksin ini penting untuk melindungi dari dua penyakit yang dapat berbahaya ini. Perbedaan antara vaksin difteri dan tetanus yang diberikan untuk anak dan orang dewasa adalah besar dosis yang diberikan. Vaksin ini juga harus diberikan setiap 10 tahun.

11. Vaksin Japanese Encephalitis (JE)

Vaksin JE diperlukan untuk mencegah radang otak yang disebabkan oleh virus JE, terutama bagi mereka yang tinggal atau sering bepergian ke daerah endemik.

12. Vaksin Herpes Zoster

Herpes zoster atau cacar api disebabkan oleh virus yang sama dengan penyebab cacar air. Vaksin herpes zoster bisa diberikan sebanyak 1 dosis untuk orang dewasa usia 50 hingga 65 tahun ke atas.

13. Vaksin Campak (MR)

Vaksin MR bisa diberikan pada orang dewasa yang belum pernah mendapat vaksinasi lengkap saat kecil, untuk melindungi dari campak dan rubella.

Pemberian vaksin MR pada orang dewasa biasanya tidak diwajibkan, terutama jika sudah mendapatkan vaksinasi lengkap saat masih anak-anak. Namun, jika tidak yakin pernah mendapatkannya saat kecil, tidak ada salahnya untuk menerima vaksin campak saat dewasa.

Pada umumnya, jadwal vaksin campak bagi orang dewasa dimulai dari usia 19 hingga 26 tahun, dengan pemberian 1 atau 2 dosis dengan jeda minimal 28 hari antara dosis.

14. Vaksin Rabies

Vaksin ini diperlukan bagi orang dewasa yang berisiko tinggi terpapar rabies, seperti dokter hewan atau petugas kesehatan yang menangani kasus rabies.

Terdapat dua tipe vaksin rabies, yaitu Profilaksis Pra-Pajanan (PrPP) yang diberikan sebelum seseorang terkena paparan virus rabies, dan Profilaksis Pasca Pajanan (PEP) yang diberikan untuk mencegah rabies setelah seseorang terpapar virus tersebut.

15. Vaksin COVID-19

Sejak 2021, vaksin COVID-19 wajib untuk melindungi dari virus corona. Dua dosis vaksin dengan jarak 14 hingga 28 hari diikuti dengan booster enam bulan setelahnya.

16. Vaksin BCG

Meski vaksin BCG biasanya diberikan pada bayi, orang dewasa yang berisiko tinggi tertular tuberkulosis mungkin memerlukan vaksinasi ulang untuk melindungi diri dari penyakit paru ini.

Vaksinasi menjadi salah satu langkah penting untuk mencegah berbagai penyakit berbahaya. Pastikan kamu mendapatkan vaksinasi yang diperlukan, terutama jika belum pernah menerimanya saat kecil atau berencana bepergian ke daerah endemik.

Jika muncul efek samping setelah vaksinasi, konsultasikan segera dengan dokter melalui layanan kesehatan online atau buat janji untuk pemeriksaan lebih lanjut.

 

Ditinjau Oleh dr. Muhammad Iqbal Ramadhan

Sering Disamakan, Tipes dan Tifus Ternyata Berbeda. Ini Penjelasannya!

Sekilas terlihat serupa, banyak orang yang salah mengira bahwa tipes dan tifus adalah penyakit yang sama. Padahal, keduanya memiliki perbedaan yang penting untuk dipahami. Mari pelajari perbedaan tipes dan tifus agar kamu tidak salah kaprah!

Jika kamu mengalami demam yang disertai rasa lelah dan gangguan pencernaan, segeralah periksakan diri ke dokter. Kondisi ini mungkin merupakan gejala penyakit tipes.

Meskipun tipes cukup umum, banyak orang masih sering keliru menganggap tipes dan tifus sebagai penyakit yang sama. Keduanya memang tampak serupa, tetapi sebenarnya disebabkan oleh bakteri yang berbeda dan memiliki cara penularan yang berbeda pula.

Jadi, apa sebenarnya perbedaan antara tipes dan tifus? Simak penjelasan berikut ini untuk mengetahuinya!

Kenali Perbedaannya Tipes dan Tifus

Banyak orang yang sering keliru menganggap penyakit tipes dan tifus sebagai hal yang sama. Padahal, keduanya adalah kondisi kesehatan yang berbeda. Inilah perbedaan utama antara penyakit tipes dan tifus yang perlu Kamu ketahui!

Apabila Kamu mengalami demam, tubuh terasa lelah, serta masalah pencernaan, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter. Gejala-gejala ini bisa jadi tanda dari penyakit tipes. Meski demikian, banyak yang masih menganggap tipes dan tifus sebagai penyakit yang sama. Namun, kenyataannya, kedua penyakit ini memiliki perbedaan yang signifikan.

Penyebab Tipes dan Tifus

Meskipun sama-sama disebabkan oleh infeksi bakteri, tipes dan tifus memiliki penyebab yang berbeda. Penyakit tipes atau demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi yang menginfeksi saluran pencernaan. Bakteri ini dapat menyebar melalui kontak langsung dengan feses atau urine dari orang yang terinfeksi, terutama jika kebersihan tangan tidak dijaga dengan baik setelah dari toilet. Selain itu, tipes juga dapat menyebar melalui makanan atau air yang terkontaminasi, terutama makanan yang tidak dimasak dengan benar.

Di sisi lain, tifus disebabkan oleh bakteri Rickettsia typhi yang ditularkan melalui gigitan kutu yang terinfeksi. Kutu ini biasanya berasal dari tikus atau kucing yang telah terinfeksi bakteri tersebut. Ketika kutu yang terinfeksi menggigit manusia, bakteri dapat masuk ke tubuh melalui luka gigitan atau kulit yang rusak.

Gejala Tipes dan Tifus

Gejala kedua penyakit ini sering kali mirip, namun ada beberapa perbedaan yang dapat diperhatikan.

  • Gejala Tipes: Gejala tipes umumnya muncul setelah masa inkubasi bakteri selama 1 hingga 2 minggu. Gejala yang paling umum termasuk demam tinggi yang meningkat setiap hari, sakit kepala, lelah, nyeri otot, sakit perut, diare atau sembelit, serta ruam kulit. Pada beberapa kasus, tipes juga bisa menyebabkan komplikasi serius seperti perut bengkak dan sepsis.
  • Gejala Tifus: Gejala tifus biasanya mulai terlihat beberapa hari hingga 2 minggu setelah terpapar kutu yang terinfeksi. Gejala yang muncul bisa berupa demam dan menggigil, nyeri otot, kehilangan nafsu makan, mual, muntah, sakit perut, batuk, serta ruam kulit yang sering muncul pada hari kelima infeksi.

Pengobatan dan Pencegahan

Meskipun memiliki perbedaan, baik tipes maupun tifus disebabkan oleh infeksi bakteri, sehingga keduanya dapat diobati dengan antibiotik. Berikut langkah-langkah pengobatan yang biasanya dilakukan:

  1. Minum Antibiotik: Jenis antibiotik yang diberikan tergantung pada jenis bakteri penyebab infeksi. Dokter mungkin meresepkan antibiotik tunggal atau kombinasi, tergantung pada tingkat keparahan infeksi.
  2. Memenuhi Kebutuhan Cairan: Pasien tipes sangat disarankan untuk mencukupi kebutuhan cairan guna mencegah dehidrasi akibat demam dan diare. Pada kasus yang lebih parah, pemberian cairan melalui infus mungkin diperlukan.
  3. Vaksinasi Tifoid: Untuk mencegah penyakit tipes, vaksin tifoid sangat dianjurkan, terutama bagi mereka yang tinggal di daerah dengan risiko tinggi. Vaksin ini dapat diberikan pada anak-anak mulai usia 2 tahun dan perlu diulang setiap 3 tahun.

Dengan memahami perbedaan antara tipes dan tifus serta cara pencegahannya, Kamu bisa lebih waspada dan mengambil langkah yang tepat untuk menjaga kesehatan.

 

Ditinjau oleh Tim Medis Klikdokter

Vaksin Influenza: Masi Bisa Nih! Waktu Terbaik untuk Vaksinasi Flu

Flu atau influenza adalah infeksi virus yang dapat menyebabkan gejala seperti hidung berair, demam, sakit tenggorokan, nyeri otot, batuk, dan sakit kepala. Biasanya flu sembuh dalam 1-2 minggu. Namun, flu dapat kambuh kembali karena virus ini sangat menular.

Saat sistem kekebalan tubuh Kamu lemah dan orang-orang di sekitar terinfeksi flu, Kamu berisiko tertular kembali. Hal ini dapat mengganggu aktivitas harian dan membuat Kamu merasa lelah. Untungnya, flu bisa dicegah dengan vaksinasi. Tapi kapan waktu terbaik untuk mendapatkan vaksin flu? Berikut adalah jadwal yang direkomendasikan:

Waktu Terbaik untuk Mendapatkan Vaksinasi Influenza

Untuk memastikan vaksin influenza bekerja maksimal dalam melindungi tubuh, penting untuk memahami waktu terbaik untuk mendapatkannya. Berikut adalah beberapa waktu yang direkomendasikan:

  1. Menjelang Musim Hujan Musim hujan adalah waktu di mana penularan flu mencapai puncaknya. Virus influenza lebih lama bertahan di kondisi lembap atau dingin. Selain itu, peralihan musim dari kemarau ke hujan sering melemahkan daya tahan tubuh. Sebaiknya, vaksinasi dilakukan sebelum musim hujan dimulai. Menurut BMKG, musim hujan di Indonesia diperkirakan dimulai pada November dan Desember 2023, dengan puncaknya pada Januari dan Februari 2024. Karena kekebalan tubuh setelah vaksinasi memerlukan waktu sekitar dua minggu untuk terbentuk, sebaiknya vaksin dilakukan beberapa minggu sebelum musim hujan atau puncak musim flu dimulai.
  2. Kapan Saja dalam Setahun Meskipun flu lebih sering terjadi di musim hujan, virus influenza bisa menyebar sepanjang tahun. Oleh karena itu, Kamu bisa mendapatkan vaksinasi kapan saja sepanjang tahun, asalkan Kamu dalam keadaan sehat. Pastikan Kamu mendapatkan vaksinasi setahun sekali untuk perlindungan optimal.
  3. Usia di Atas 6 Bulan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) merekomendasikan vaksinasi influenza dimulai sejak usia 6 bulan. Anak-anak berusia 6 bulan hingga 9 tahun membutuhkan dua dosis dengan interval empat minggu, sementara di atas 9 tahun hanya membutuhkan satu dosis per tahun.

Dosis dan Jadwal Vaksin Influenza

Menurut Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia, vaksin influenza untuk usia 19 hingga 60 tahun ke atas diberikan satu dosis setiap tahunnya. Sedangkan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merekomendasikan pemberian vaksin influenza pada bayi dan anak-anak dimulai dari usia 6 bulan, dengan satu dosis setiap tahun.

Berapa Lama Efektivitas Vaksin Influenza Bertahan?

Vaksin influenza tidak memberikan perlindungan jangka panjang, karena efektivitasnya menurun seiring waktu. Oleh karena itu, vaksinasi ulang perlu dilakukan setiap tahun sesuai jadwal.

 

Ditinjau oleh Tim Medis Klikdokter

Vaksinasi Flu Anak: Manfaat, Jadwal, dan Efek Sampingnya!

Vaksin flu memberikan banyak manfaat bagi anak-anak, terutama dalam melindungi mereka dari infeksi virus influenza. Selain melindungi, vaksin ini juga memperkuat sistem kekebalan tubuh anak, menjaga mereka tetap sehat dan aktif. Vaksin influenza merupakan salah satu vaksin penting yang harus diberikan kepada anak.

Pentingnya Vaksinasi Flu untuk Anak

Vaksinasi adalah langkah krusial untuk mendukung tumbuh kembang anak. Dengan vaksin, kekebalan tubuh anak terhadap kuman penyakit tertentu akan meningkat, termasuk melawan virus influenza. Vaksin influenza memberikan perlindungan yang efektif terhadap infeksi flu, membantu tubuh anak mengembangkan kekebalan, dan mengurangi risiko penyebaran virus.

Manfaat Vaksin Influenza untuk Anak

  1. Mencegah Komplikasi Serius: Vaksin flu melindungi anak dari komplikasi serius seperti pneumonia dan penyakit kronis lainnya yang bisa berakibat fatal.
  2. Mengurangi Risiko Penyebaran Virus: Dengan memvaksinasi anak, tidak hanya melindungi kesehatan mereka, tetapi juga membantu mencegah penyebaran virus influenza di lingkungan sekitar.
  3. Mempercepat Penyembuhan: Jika anak tetap terinfeksi meskipun sudah divaksin, gejalanya biasanya lebih ringan, dan proses penyembuhan lebih cepat.

Kenapa Anak Perlu Vaksin Flu?

  1. Rentan Terhadap Infeksi: Anak-anak, terutama yang berusia di bawah 5 tahun, memiliki sistem kekebalan tubuh yang belum sepenuhnya berkembang, sehingga mereka sangat rentan terhadap infeksi influenza. Vaksinasi flu adalah cara terbaik untuk meningkatkan pertahanan tubuh mereka.
  2. Proteksi untuk Keluarga: Vaksin flu tidak hanya melindungi anak, tetapi juga memberikan perlindungan kepada keluarga dan lingkungan sekitar dengan mencegah penyebaran virus.

Bagaimana Cara Kerja Vaksin Influenza?

Vaksin influenza mengandung virus yang dilemahkan. Ketika virus ini disuntikkan ke dalam tubuh, ia merangsang produksi antibodi khusus yang mampu melawan infeksi virus influenza di masa depan. Antibodi ini tersimpan dalam tubuh dan siap melawan virus jika anak terpapar kembali.

Jadwal Vaksin Flu untuk Anak

Di Indonesia, vaksin flu sangat dianjurkan untuk anak usia 6 bulan ke atas. Vaksin ini diberikan melalui suntikan di otot paha pada bayi atau lengan atas pada anak dan dewasa. Untuk anak yang baru pertama kali menerima vaksin flu di bawah usia 9 tahun, diperlukan dosis kedua dengan interval 4 minggu. Setelah itu, vaksin flu perlu diulang setiap tahun.

Efek Samping Vaksin Flu pada Anak

Meskipun vaksin influenza aman, beberapa efek samping ringan dapat terjadi, seperti nyeri di tempat suntikan, gejala mirip flu ringan, muntah, nyeri perut, atau demam. Efek samping ini umumnya hilang dalam beberapa hari.

Kesimpulan: Manfaat Vaksin Flu Lebih Besar daripada Risikonya

Melihat manfaatnya, vaksin flu sangat dianjurkan untuk anak-anak, bahkan sejak usia 6 bulan. Efek sampingnya yang ringan membuatnya aman, dan orang tua dapat merasa tenang memberikan vaksin ini untuk mencegah influenza berulang.

Untuk memudahkan proses vaksinasi, Anda dapat membawa anak ke fasilitas kesehatan terdekat. Salah satu pilihan vaksin influenza quadrivalent yang tersedia di Indonesia adalah Vaxigrip Tetra, yang memberikan perlindungan terhadap empat strain virus influenza. Diskusikan dengan petugas kesehatan mengenai pilihan terbaik untuk anak Anda.

 

Ditinjau oleh Dr. Reza Fahlevi, Sp.A

Tanggal :
Sahabat KECC
Tentang Event

Bagikan : Sahabat KECC Copied! Sahabat KECC Sahabat KECC
Sahabat KECC